Page 16 - Tanah Bagi yang Tak Bertanah: Landreform Pada Masa Demokrasi Terpimpin 1960-1965
P. 16
TANAH BAGI YANG TAK BERTANAH
dasar dilaksanakannya redistribusi tanah itu sendiri.
Persoalannya kemudian: apa yang menjadi akar kega-
galan landreform di Indonesia? Guna mendapatkan ja-
waban tersebut, sebagai fokus buku ini saya berusaha
mengulas kembali persoalan-persoalan yang terdapat da-
lam praktik landreform sejak ditetapkan undang-undang
pelaksanaannya hingga berakhirnya aksi sepihak, tepat-
nya antara 1960 sampai dengan munculnya gejolak di
pedesaan pada akhir 1964 dan awal 1965.
LANDREFORM DAN PERMASALAHANNYA
Sampai saat ini, masih cukup sulit didapat suatu konsen-
sus umum dalam perangkat analisis di antara para sarja-
na yang mengulas problem pertanian dan politik pede-
saan di Indonesia. Konsepsi shared poverty dan aliran
dari Geertz dalam mengulas masalah pedesaan dan kaum
tani merupakan satu kerangka teoritik yang sering digu-
nakan oleh para sarjana. Tetapi, pandangan Geertz bu-
27
kanlah satu-satunya teori yang ada. Studi yang dilakukan
oleh Frans Husken memberikan alternatif lain dalam me-
lihat proses perkembangan masyarakat pedesaan di Jawa,
dengan berpatokan pada proses diferensiasi dan polarisasi
kelas di pedesaan sebagai titik tolak analisanya. 28
Terkait persoalan landreform pada periode 1960-an,
27. Lihat studi-studi pedesaan seperti yang dilakukan oleh Margo L. Lyons.
Bases of Conflict in Rural Java. 1970., dan R.R. Jay. Javanese Villagers.
Social Relations in Mojokuto. (1969).
28. Frans Husken. Een Dorp op Java: Sociale Differentiatie in Een
Boerengeemenschap, 1850-1980. ACASEA: Harleem, 1988. Hal. 167-
188.
10

