Page 13 - Tanah Bagi yang Tak Bertanah: Landreform Pada Masa Demokrasi Terpimpin 1960-1965
P. 13

PENDAHULUAN

               lalui sistem bagi hasil, ijon, gadai, dan praktik lintah darat
               yang merajalela di pedesaan Indonesia.
                  Sebelum persoalan tentang redistribusi tanah ini di-
               kemukakan dalam parlemen, PKI dan organisasi-organi-
               sasi yang berafiliasi dengannya telah mengajukan tuntut-
               an penerapan undang-undang yang bertujuan membatasi
               nilai sewa tanah dan jaminan keamanan bagi kaum tani
               pada tahun 1958. Selain itu, PKI menuntut pula perom-
               bakan sistem bagi hasil sebesar 5 : 5 yang menguntung-
               kan petani penggarap. Tekanan dari PKI dan BTI di par-
               lemen terhadap pemerintah dalam melaksanakan kepu-
               tusan itu menjadi salah satu dasar bagi ditetapkannya
               Undang-undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH) yang berlaku
               di seluruh Jawa pada Oktober 1961. 18  Sedangkan bagi
               sebagian besar organisasi-organisasi yang berbasiskan
               keagamaan, konsep tersebut menyalahi prinsip kesucian
               hak milik atas tanah. Kesucian hak milik tersebut dinya-
               takan dengan argumentasi bahwa hak milik terhadap
               tanah tidak dapat dilepaskan dari seseorang yang di-
               wariskan oleh nenek moyangnya. Lebih lanjut, konsep
               tersebut mengacu pada hak-hak atas tanah dari lembaga-
               lembaga agama seperti tanah wakaf untuk masjid dan
               lembaga agama Islam lainnya, tanah laba pura untuk
               kompleks candi Hindu serta tanah yang dimiliki gereja. 19
                  Jalan tengah atas pertentangan tersebut dicetuskan
               oleh Presiden Soekarno dan Menteri Agraria Sadjarwo
               dengan menawarkan konsep pemilikan maksimum dan




               18. Lihat Rex Mortimer.  The Indonesia Communist Party and Landreform
                 1959 - 1965. Monash Papers on Southeast Asia. No. 1, 1972. Victoria.
                 Hal. 12 -13.
               19. Ernest Utrecht. Op.Cit., hal. 72 - 73.

                                        7
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18