Page 335 - Prosiding Agraria
P. 335
320 STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
yang mengacu pada unsur-unsur interpretasi citra menurut Lillesand et al., (2004) yaitu:
rona, warna, bentuk, tekstur, pola, ukuran dan resolusi. Berdasarkan hasil interpretasi yang
dilakukan dengan menggunakan kombinasi kanal RGB 5-4-3 dan kanal RGB 4-3-2, diperoleh
beberapa tutupan lahan di Kabupaten Tanah Laut menjadi 6 kelas yaitu: hutan, perkebunan,
sawah dan pertanian lahan kering, lahan terbuka, permukiman, dan badan air.
Hasil interpretasi menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Laut
didominasi oleh tipe penggunaan lahan perkebunan dengan luas total 133.799,49 Hektar
(34,84%) dan hutan dengan luas total 127.101,73 Hektar (33,10%) seperti yang tercantum
dalam Tabel 2. Laju konversi terbesar ditemukan pada jenis penggunaan lahan hutan dengan
luas konversi total 25.420,35 Hektar (18,97%) dari luas hutan pada tahun 2015 dengan
total 134.002,31 Hektar. Terdapat tiga bentuk konversi hutan yaitu menjadi perkebunan,
pemukiman dan lahan terbuka. Perubahan penggunaan lahan khususnya yang terjadi pada
kawasan hutan dapat menyebabkan kehilangan simpanan karbon yang merupakan salah
satu isu dalam pemanasan global. Pembukaan hutan pada periode ini relatif intensif, yang
diindikasikan dengan tingginya areal hutan alam yang berubah menjadi lahan terbuka dan
semak-belukar (Juniyanti et al., 2020). Peningkatan pengembangan perkebunan kelapa sawit
di Kabupaten Tanah Laut sejalan dengan peningkatan lahan perkebunan kelapa sawit secara
umum di Indonesia setelah periode 2000-2015 yang didukung pula oleh kebijakan nasional
tentang perkebunan sawit. Departemen Pertanian mentargetkan untuk mengembangkan
hingga 8 juta ha kelapa sawit di tahun 2025 (Gunarso et al., 2013)
Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke non-hutan terutama di tanah gambut yang
disertai dengan proses drainase dapat menyebabkan percepatan dalam proses pelapukan,
sehingga karbon yang tersimpan di tanah gambut akan teremisi dalam bentuk gas rumah
kaca (GRK), terutama gas CO (Hanjani et al., 2015). Perubahan tutupan lahan akan
2
mempengaruhi sifat tanah di suatu lahan. Perbedaan sifat tanah tersebut mengakibatkan
kemampuan tanah dalam menyerap air juga akan berbeda. Ketidaksesuaian tutupan lahan
lahan dapat mengakibatkan berkurangnya penyerapan air sehingga limpasan permukaan
semakin besar (Yarnie et al., 2023). Setiawan (2021) menyatakan bahwa banjir yang terjadi
yang menimpa beberapa kabupaten Kalimantan Selatan pada awal Januari tahun 2021 salah
satunya disebabkan oleh berkurangnya luas hutan pada beberapa Daerah Aliran Sungai
(DAS) di Provinsi Kalimantan Selatan yang menyebabkan perubahan ekosistem kawasan
DAS. Perubahan luas Kawasan hutan terjadi di DAS Tabanio, DAS Kintap, DAS Asam-
asam, DAS Maluka, DAS Sebuhur, DAS Cuka, dan DAS Sawarangan. Dampak lainnya dari
konversi hutan yang tidak terkontrol yaitu peningkatan suhu global yang mempengaruhi pola
iklim, merubah distribusi hujan, arah dan kecepatan angin, yang pada akhirnya baik secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada kehidupan di permukaan bumi.
Sebagai contoh, pada sektor pertanian akan mempengaruhi musim tanam, produktivitas
hasil panen serta mempengaruhi kekeringan. Pembukaan lahan yang tinggi baik untuk sektor
pertambangan maupun perkebunan kelapa sawit membuat tiga wilayah DAS di Kalimantan