Page 65 - Prosiding Agraria
P. 65

50      STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
                    MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

            A.  Pendahuluan
                 Pemerintah Orde Baru sangat terobsesi untuk memajukan ekonomi, dan menjadikan

            tanah sebagai alat pembangunan yang sentralistis dan terpusat, akibatnya timbul berbagai
            konflik  dengan masyaraka,  (Syahyuti,  2016).  Pada  wilayah  pedesaan  yang  sebagian besar
            masyarakatnya bergantung hidup  dari  kegiatan  agraris  sehingga banyak  yang melakukan
            perlawanan  fisik  secara  terbuka  terhadap  kebijakan  pemerintah  tersebut,  Perdebatan

            mengenai hak milik sebidang tanah menjadi akar konflik tanah di seluruh wilayah, belum
            lagi  ditambah  dengan  berbagai  benturan peraturan perundang-undangan umum  seperti
            UUPA dengan peraturan sektoral yang tingkatannya di bawah UUPA, (Mali, 2015).

                 Perubahan kehidupan masyarakat  serta  politik hukum mengakibatkan  desakan
            kebutuhan akan perubahan hukum yang berlaku. Masalah-masalah kompleks yang berkaitan

            dengan penguasaan,  pemilikan,  pemanfaatan,  dan penggunaan  tanah  menjadi  pokok
            permasalahan agraria yang tidak mudah untuk diselesaikan. Reforma Agraria dan kedaulatan
            pangan merupakan program prioritas dalam Nawacita (sembilan program prioritas) di masa
            awal pemerintahan Presiden Joko Widodo (2014-2019), program tersebut dilanjutkan pada

            periode ke 2 (2020-2024) kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Posisi reforma agraria dalam
            RPJMN 2020–2024 terdapat di dalam Bab 3 yaitu: mengembangkan wilayah untuk mengurangi
            kesenjangan dan menjamin pemerataan. Pada kenyataannya, naskah RPJMN mengabarkan:
            ketimpangan, kemiskinan, dan IPM masih sangat rendah, (Setiawan, n.d.).

                 Sejak 2014, Presiden Joko Widodo menjadikan reforma agraria sebagai salah satu program

            prioritas nasional dalam agenda Nawacita. Tujuannya untuk mengatasi sengketa dan konflik
            agraria  hingga  mengurangi  ketimpangan  penguasaan  dan  pemilikan  tanah.  Di berbagai
            daerah, konflik dan sengketa tanah menjadi salah satu pemicu gesekan di masyarakat, konflik
            bisa terjadi antar warga, antara warga dengan perusahaan, atau antara warga dengan negara,

            (Ridwansyah, n.d.).

                 Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka penyelesaian konflik
            agraria  yang  berkepanjangan  di Indonesia.  Salah  satunya  dengan menetapkan Peraturan
            Presiden Nomor: 86  Tahun 2018  tentang Reforma  Agraria. Reforma  Agraria, merupakan
            program  pemerintah  yang  bukan  hanya  ditujukan  untuk mengurangi ketimpangan
            penguasaan,  pemilikan,  penggunaan,  dan pemanfaatan  tanah  namun  juga untuk

            meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Reforma agraria merupakan kombinasi kegiatan
            penataan aset, yakni penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
            tanah berdasarkan hukum dan peraturan perundangan pertanahan, dengan penataan akses

            berupa pemberian pendampingan bagi subyek agar dapat memanfaatkan tanahnya secara
            optimal dan mengurangi sengketa dan konflik pertanahan dan keagrariaan.

                 Pada  hakekatnya pelaksanaan penataan  akses  atau pemberdayaan petani  merupakan
            harapan yang akan menjadi salah satu solusi atau alternatif kegiatan pemberdayaan masyarakat
            untuk menyiapkan dan mengelola kegiatan secara partisipatif mulai dari tahap perencanaan
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70