Page 70 - Prosiding Agraria
P. 70

Redistribusi Pemanfaatan Tanah Dengan Kolaborasi Pemberdayaan Petani   55
                                                      (Studi Kasus Penyelesaian Konflik di Kecamatan Keera Kabupaten Wajo)

                  Selanjutnya Joyo Winoto, mengatakan: Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut,
             reforma agraria ditujukan untuk: (1) menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan
             penggunaan tanah ke arah yang  lebih adil, (2)  mengurangi kemiskinan, (3)  menciptakan

             lapangan kerja, (4) memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama
             tanah, (5)  mengurangi  sengketa  dan konflik  pertanahan, (6) memperbaiki  dan menjaga
             kualitas lingkungan hidup, serta (7) meningkatkan ketahanan pangan rakyat Indonesia dan
             ketahanan enerji nasional. Tercapainya program land reform sangat tergantung pada sistem
             ekonomi politik pemerintah  yang  berkuasa  saat  itu  serta  komitmen pemerintah untuk

             melaksanakannya secara berkesinambungan, (Hairani, 2014).

                  Berbagai percepatan dalam usaha mewujudkan amanat dari UUPA telah dilaksanakan oleh
             pemerintah. Salah satunya adalah program reforma agraria dan kedaulatan pangan sebagai
             program prioritas dalam Nawa Cita (sembilan program prioritas) di masa awal pemerintahan
             Presiden Joko Widodo (2014-2019). Begitu pun perjuangan untuk mewujudkan hal tersebut

             masih dilakukan di periode ke 2 (2020-2024) kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Untuk
             meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum serta efisiensi kepemilikan, penggunaan, dan
             pemanfaatan tanah, perlu dilaksanakan Reformasi Agraria. Untuk mempertegas keseriusan

             pemerintah dalam menjalankan reforma agraria, maka lahirlah Peraturan Presiden Republik
             Indonesia Nomor 86 Tahun 2018.

                  Reforma agraria merupakan kombinasi dari penataan aset yang merupakan penguasaan,
             pemilikan, penggunaan,  dan pemanfaatan  tanah  berdasarkan  hukum  dan peraturan
             pertanahan, manajemen akses adalah penyediaan bantuan bagi subyek untuk dapat hidup

             mandiri dan penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan dan agraria. Reformasi Agraria
             di Indonesia menekankan pada konsep redistribusi tanah dengan membagikan tanah yang
             dikuasai negara, tanah kelebihan luas maksimum, tanah absentee, dan tanah negara lainnya
             yang telah ditetapkan menjadi tanah objek Reforma Agraria kepada petani penggarap dan
             petani lahan sempit, (Wahyuddin et al., 2021).

                  Reformasi Agraria (Landreform) mempunyai tujuan yang sangat luas yakni dari aspek

             sosial  ekonomis,  sosial  politis,  dan  mental psikologis  Reformasi Agraria  (Landreform)
             mempunyai  tujuan yang  sangat  luas yakni  dari aspek  sosial ekonomis,  sosial  politis,  dan
             mental psikologis: (1) Sosial ekonomis a. memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan
             memperkuat hak milik serta memberi fungsi sosial pada hak milik. b. memperbaiki produksi

             nasional  khususnya  sektor  pertanian  guna mempertinggi  penghasilan  dan  taraf hidup
             rakyat. Sosial politis a. mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan tanah
             yang  luas.  b.  mengadakan pembagian yang adil atas sumber-sumber penghidupan rakyat
             tani yang berupa tanah dengan maksud agar ada pembagian hasil dan taraf hidup rakyat.

             (3) Mental psikologis a. meningkatkan kegairahan kerja bagi para petani penggarap dengan
             jalan memberikan kepastian hak mengenai pemilikan tanah. b. Memperbaiki hubungan kerja
             antara pemilik tanah dengan penggarapnya, (Zein, 2014).
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75