Page 124 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 124
Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
urusan menyiangi tanaman padi, para aparat desa
mempercayakan pada kelompok (borongan) daripada
buruh tani. 34
Pilihan aparat desa untuk mengurus penanaman dan
panen di tanah bengkok kepada penebas dan borongan
karena dianggap lebih murah. Di antara pamong desa
terdapat penebas yang menciptakan pasar tenaga kerja
agraria. Adanya pasar tenaga kerja agraria menjadikan
upah buruh tani kompetitif. Kerja pemanenan menjadi
35
lebih singkat dan upah panen bisa lebih rendah. Meski
demikian, buruh tani yang ingin bekerja pada musim
tanam dan panen bisa bekerja di tanah-tanah bengkok
pamong desa asalkan bisa lebih disiplin di bawah
pengawasan penebas dan konsekuensi upah yang lebih
rendah dibanding melalui sistem bawon. Buruh tani
dalam desa bisa turut melakukan panen tebasan dengan
upah 10:1, berbeda jauh dari upah bawon yang 6:1 atau
34 Wawancara dengan Ibu Dinayah, seorang buruh tani,
Ngandagan, 14 Juni 2010.
35 Masalah pasar tenaga kerja dipedesaan Jawa telah mengalami
perubahan terutama untuk upah buruh tani yang semakin rendah
nilainya diperbandingkan dengan kebutuhan pokok mereka. Tertutup
dan terbukanya pasar tenaga kerja bagi buruh tani mengalami perubahan
mendasar sejak revolusi hijau, pekerjaan derep pada musim panen dan
tanam dikerjakan oleh para penebas yang bersaing dengan buruh tani.
Untuk hal ini lihat. Gillian Hart. Power, Labor, and Livelihood. Pro-
cesses of change in rural Java. Berkeley: University of California
Press 1986, hlm. 9-10.
103