Page 127 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 127

Ahmad Nashih Luthfi  dkk.
            adalah sosok petani kaya, dia mempunyai tanah sawah
            di seluruh desa Ngandagan. Tentunya dia mempunyai
            pula lahan tegalan di desa Ngandagan. Beliau mem-
            punyai pula tanah sawah dan kering di desa Karang-
            anyar serta Prigelan. Sejak masa mudanya Karyo Arman
            (Mbah Karyo) hingga sekarang tidak henti mengaku-
            mulasi tanah. Menurut pengakuannya ia tidak pernah
            hidup berfoya-foya. Pengakuan ini dibenarkan oleh
            anaknya dan penduduk sekitar. Setiap orang yang butuh
            menjual tanahnya maka pilihannya adalah menemui
            Mbah Karyo Arman dan transaksi berjalan lancar. Ber-
            beda dengan lurah Tono Bakiuni dan carik Ladi Samin
            sebagai pemilik terluas tanah dari hasil waris orang
            tuanya, Mbah Karyo Arman praktis menjadi pemilik tanah
            luas murni dari pembeliannya sendiri sedikit demi sedikit.
                Mbah Karyo Arman hanyalah lulusan sekolah SR 6
            tahun di Pituruh. Pada tahun 1960 ia masuk ke depar-
            temen Pekerjaan Umum bagian pengairan. Ia bertugas
            membersihkan saluran irigasi. Pekerjaan ini dilakukan
            hingga aliran-aliran irigasi yang justru kebanyakan ada
            di luar desa Ngandagan. Pada tahun 1993, dia pensiun
            dari dinas pengairan. Kemampuannya membeli tanah
            berasal dari tabungannya sendiri dan gaya hidupnya
            yang hemat dan disiplin kerja. Meskipun masa kecilnya
            tidak  dididik oleh orang tuanya, namun diasuh oleh
            neneknya, di sinilah ia melatih diri hidup hemat. Ketika
            kecil ia turut memelihara kambing milik orang lain dengan


            106
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132