Page 132 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 132
Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
Hani, pada waktu mudanya bekerja sebagai tukang batu
dalam pengerjaan proyek-proyek bangunan di Jakarta dan
Surabaya. 39
Pada umumnya pengelolaan harta waris tidak kelu-
ar dari desa; tanah dan rumah warisan tetap berada di
tangan orang-orang Ngandagan. Akan tetapi dalam per-
jalanan sejarah Ngandagan pewarisan dapat juga jatuh
ke tangan orang-orang luar, asalkan orang itu menetap
di Ngandagan dan masih tergolong kerabat dari pemberi
waris. Seperti yang terjadi pada Parman. Ia berasal dari
Surakarta. Pada zaman kolonial orang tuanya menjadi
kuli perkebunan Belanda di Kaledonia. Setelah merdeka,
orang tuanya kembali ke Indonesia dan saat itu menetap
di Purworejo di bawah pengurusan dinas sosial. Pada
tahun 1950-an orang tuanya lalu “dimasyarakatkan” se-
hingga menetap di Ngandagan. Parman lahir ketika ma-
sih di Purworejo. Orang tua Parman lalu bekerja meran-
tau ke Deli Sumatera Timur dan meninggal di sana. Se-
dangkan Parman tinggal bersama Soemotirto. Ia diangkat
sebagai anak oleh Soemotirto dan diwarisi tanah untuk
selanjutnya dibangun rumah. Demikian pula dengan
seseorang bernama Tedja yang diangkat anak oleh
Soemotirto. Ia mendapat warisan tanah yang kemudian
di atasnya didirikan tempat tinggal. Tentunya hubungan
kekerabatan menjadi dasar dari pemberian waris,
39 Wawancara dengan Sudin, Ngandagan, 8 Juni 2010.
111