Page 169 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 169
Ahmad Nashih Luthfi dkk.
menggarap tanah sawah seluas 45 ubin, harus menge-
luarkan biaya minimal Rp. 289.000. Jika dijumlahkan
maka dengan panen yang menghasilkan 3,5 kuintal (Rp.
700.000) dikurangi biaya produksi sebanyak Rp. 289.000,
maka hasil bersih yang diperoleh adalah Rp. 411.000
(selama 4 bulan). Jika dirata-rata perbulan maka mereka
mendapat hasil Rp. 102.750.
Sesungguhnya para petani telah bekerja keras, na-
mun luas tanah sawah garapan yang hanya 45 ubin me-
mang tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka,
meskipun tanah mereka cukup subur dan telah menda-
pat pengairan yang baik. Hal ini dikarenakan adanya
saluran irigasi Wadas Lintang yang mengairi sawah para
petani. Saluran irigasi yang bersumber dari Bendungan
Wadas Lintang selesai dibangun pada tahun 1985, se-
dangkan saluran irigasi yang merupakan buangan air
wilayah Desa Ngandagan bagian utara (bagian atas)
pada tahun 1990 selesai dibangun. Awalnya saluran iri-
gasi untuk buangan air bagian utara direncanakan akan
membelah Desa Ngandagan, namun kemudian dialih-
kan mengelilingi Dukuh Karangturi, Desa Ngandagan.
Secara umum, penduduk Desa Ngandagan berpro-
fesi sebagai petani. Data di Dusun Karangturi misalnya.
Dari 51 kepala keluarga di wilayah RT.02/RW.02, hanya
ada tiga kepala keluarga yang menjadi PNS, sedangkan
sisanya adalah petani dalam berbagai golongan. Dari 48
kepala keluarga petani di RT.02/RW.02, sebanyak 30
148