Page 186 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 186
Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
umumnya bawon diperoleh 6:1, namun karena kedua-
nya masih famili atau kerabat, maka persentasenya bisa
bertambah tergantung pemilik sawah. Seperti diungkap-
kan oleh Sutarko :
“Kalau panen itu dikerjakan oleh tetangga, rata-rata dikerjakan
oleh 4 orang, pembagiannya adalah dengan 1/6. Yaitu dibagi 6,
misal mendapat 60 kg, maka mereka dikasih 10 kg. Kalau yang
membantu itu saudara dekat, itu biasanya nambah menjadi 15 kg
per 60 kg. Kalau istilah sininya itu moro rai. Karena dengan
saudara, maka tidak bijak kalau hanya memberi 1/6 saja.” 12
Bila produktivitas sawah adalah 1 kuintal gabah
basah per 10 ubin, maka 1 iring (125 ubin) produkti-
vitasnya adalah 12,5 kuintal atau 1.250 kg. Dengan pero-
lehan bawon 6:1, maka seorang buruh derep akan mam-
pu mendapat sekitar 208 kilogram. Ini jika ia bisa mela-
kukannya secara terus menerus. Maka upah bawon 208
kg gabah basah setara dengan Rp. 416.000 - Rp.478.400,
jika dinominalkan. Sepertiga perolehan bawon biasanya
disimpan untuk kebutuhan pangan sendiri, sisanya dijual
ke pasar guna mendapat uang kontan dalam memenuhi
kebutuhan harian buruh tani.
Jika buruh tani menghendaki upah dalam bentuk
uang, maka seorang tenaga kerja laki-laki akan menerima
uang sebanyak Rp. 20.000 sehari tanpa makan, dan Rp.
14.000 bagi tenaga kerja perempuan. Pengupahan dalam
12 Wawancara dengan Sutarko, Ngandagan, 10 Juni 2010.
165