Page 190 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 190
Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
sosial pemilik, kondisi harga, dan sebagainya.
Bekerja sebagai penebas atau bawon merupakan stra-
tegi tunakisma dan penggarap bertanah kecil Desa
Ngandagan dalam menghadapi dinamika sosial ekono-
mi masa kini. Proses menjadi penebas sebagaimana yang
ditunjukkan dalam pengalaman Djuwono adalah seba-
gai berikut. Tanah sawah yang seluas 45 ubin dijual ga-
rap selama 5 tahun, sehingga ia mendapat uang sebesar
2 kali panen x 5 tahun x Rp. 350.000 = Rp. 3.500.000 meru-
pakan nilai kapital. Uang inilah yang kemudian dibuat
untuk modal menjadi penebas. Mulanya ia hanya mene-
bas/membeli hasil panen dari pekarangan, seperti
pisang, kelapa, dan melinjo. Ketika keuntungannya dari
penjualan produk pekarangan itu bertambah, maka ia
mencoba beralih menjadi penebas padi. Masa panen saat
ini, hasil panen yang didapat sangatlah buruk. Biasanya
setiap 125 ubin (1 iring) sawah bisa menghasilkan 12,5
kwintal gabah basah, namun pada saat sekarang seluas
itu hanya bisa menghasilkan 7 kwintal. Kondisi panenan
semacam itu merata hampir di semua kawasan Purwo-
rejo. Penduduk mengatakan bahwa panen buruk saat itu
karena “keterak mangsa” atau terkena musim hama yakni
musim yang tidak bersahabat pada tanaman padi.
C. Strategi off Farm dan non Farm
Di atas telah disebutkan bahwa dalam menghadapi
problem pedesaan yang kompleks dan kebutuhan rumah
169