Page 192 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 192
Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
yang sama juga digeluti oleh saudaranya, yaitu Zulmanto.
Selain Rusdiawan dan Zulmanto, warga Desa Ngan-
dagan yang memiliki industri rumah tangga adalah
Mahardi (57 tahun). Ia adalah seorang pensiunan pega-
wai pengairan. Ia memiliki tanah pekarangan seluas 25
ubin dan rumah permanen warisan orang tuanya, serta
tanah tegalan seluas 30 ubin. Ia memiliki usaha pem-
buatan tempe skala rumah tangga. Pembuatan tempe
dalam setiap harinya membutuhkan 30 kg kedelai, yang
dibelinya dari Kutoarjo dengan harga Rp 5.500 per kg.
Untuk memproses kedelai menjadi tempe siap jual,
Mahardi membutuhkan waktu 4 hari. Jenis tempe yang
diproduksi ada dua macam, yaitu jenis panjang yang
dibungkus plastik dengan harga Rp 4.000 per buah , dan
jenis tempe kecil-kecil yang dibungkus daun pisang
seharga Rp 150 per buah. Untuk pembuatan tempe ukuran
panjang setiap 15 kg kedelai dapat menghasilkan 30
potong tempe. Untuk membungkus tempe yang berukuran
kecil, dalam 1 hari ia membutuhkan 50 lempit (lipatan)
daun pisang yang harganya Rp 300 per lempit. Hasil
produksinya sebagian dijual ke pasar Pituruh dan
sebagian dijual di desa Ngandagan sendiri. Tempe yang
diproduksi Sampe tidak menggunakan kedelai Desa
Ngandagan, karena hasilnya kurang baik untuk pembu-
atan tempe. Menurutnya kandungan pati pada kedelai
Desa Ngandagan terlalu banyak, sehingga kedelai pro-
duk Ngandagan lebih cocok untuk pembuatan tahu.
171