Page 229 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 229

Ahmad Nashih Luthfi  dkk.
            proses sertipikasi melalui Badan Pertanahan Nasional.
            Hal ini juga telah terjadi pada saat akan dilakukannya
            pemutihan pada tahun 1990-an awal, masyarakat dan
            pamong desa menolaknya. Pihak aparat desa menge-
            tahui akan terjadi “perang” jika tanah kulian dilegalkan
            statusnya, karena tanah 90 ubin yang dibagikan pada
            masa Soemotirto tetap “tergendong” pada tanah 210 ubin
            yang dimiliki oleh kulian.
                Untuk menghindari tanah buruhan 45 ubin itu
            dikeluarkan dari tanah komunal dan dipergunakan
            secara sewenang-wenang oleh aparat desa, nampaknya
            perlu payung hukum mulai dari level desa hingga du-
            kungan payung hukum di atasnya, misalkan yang dike-
            luarkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten. Dengan cara
            demikian, maka hukum tanah nasional merekognisi
            aturan (adat) yang berlaku di level lokal yang berusaha
            memberi jaminan aset kepada rakyat tak bertanah.






















            208
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234