Page 95 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 95
Ahmad Nashih Luthfi dkk.
50 ubin. Selama musim panen (dua minggu) mereka bisa
mendapatkan 2 kuintal gabah, dan seandainya pemilik
sawah banyak yang menyuruh untuk menderep mereka
bisa mendapatkan padi hingga 3 kuintal, hampir
menyamai peroleh pemilik sawah kulian 45 ubin. Hampir
seluruh penggarap sawah buruhan 45 ubin dalam musim
panen mempergunakan tenaga derep buruh tani. 17
Seandainya buruh tani ikut pula dalam menanam kedelai
maka bawon secara otomatis dinaikkan menjadi 1/5 dari
hasil panen. Dari hasil menderep di sawah orang lain
sebesar 3 kuintal, sebanyak 2 kuintal menjadi simpanan
untuk dikonsumsi sendiri selama satu musim tanam (3-4
bulan), sedangkan sisanya 1 kuintal dijual Rp. 250.000,-
untuk kebutuhan sehari-hari atau modal usaha dagang.
Sementara itu, pekerjaan lain dari buruh tani adalah
matun atau menyiangi rumput di sawah orang lain pada
musim tanam. Di desa Ngandagan terjadi perbedaan
harga dalam upah matun ini. Jika sawah yang dikerjakan
adalah milik penduduk Karangturi, maka mereka akan
mendapatkan upah Rp. 15.000,- per hari, sedangkan dari
penduduk Krajan sendiri mereka akan memperoleh upah
18
Rp. 6000, - per hari dengan satu kali makan. Masa tanam
17 Para penggarap tanah sawah buruhan 45 ubin pada masa matun
atau menyiangi sawah tidak mempergunakan tenaga buruh tani, tetapi
mereka kerjakan sendiri.
18 Buruh tani pria untuk kerja matun mendapatkan upah Rp.
20.000,- per hari.
74