Page 100 - Kondisi dan Perubahan Agraria di Ngandagan
P. 100
Kondisi dan Perubahan Agraria Desa Ngandagan ...
Doniman.
Pada tahun 1991 pasangan ini memutuskan kembali
ke Ngandagan, sebab sang suami tidak bisa lagi
melanjutkan kerja karena mengidap sakit paru-paru.
Besi-besi gergaji dan parang yang kadangkala berkarat
setiap hari ia asah. Bau dan debu karat yang
berterbangan, membuat paru-parunya berlobang.
Di Ngandagan Dinayah menghidupi keluarganya
dengan berjualan es lilin di sekolah-sekolah. Es lilin
ini diambilnya dari orang lain. Sementara suaminya
hanya berdiam di rumah, menemani anaknya yang
saat ini berusia 5 tahun. Suaminya hanya bisa menger-
jakan pekerjaan ringan di rumah. Untuk mengobati
sakit suaminya, rumah mereka yang turut dibangun
oleh orang tua suami telah terjual. Orang tua mereka
yang tinggal di Ngandagan juga telah meninggal dunia
pada tahun 1991. Saat ini mereka menumpang di tanah
milik orang lain. Sebagian uang hasil penjualan
rumahnya dahulu, mereka belikan bahan-bahan
untuk mendirikan sepetak rumah yang kini mereka
diami. Untuk penerangan rumah, mereka menyalur
listrik dari tetangganya tanpa dikenai biaya.
Pada masa lurah Haryadi, Dinayah pernah menga-
jukan untuk mendapat sawah buruhan. Tapi tidak
dipenuhi oleh pihak desa. Lurah mengatakan bahwa
mereka tidak perlu meminta, karena akan diusahakan
transmigrasi. Mereka sebenarnya bersedia jika ada
peluang untuk transmigrasi kembali, namun kondisi
sang suami tidak memungkinkan. Jawaban dari lurah
membuat ia tidak pernah lagi berusaha meminta sa-
wah buruhan. Menurut pengakuan Dinayah, ia mera-
79