Page 607 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 607

Dari yang Tersembunyi sampai yang Terbuka

               tersebut tidak menentukan struktur atau organisasi kolektif
               tersebut. Sebenarnya, dalam sebagian besar lokalitas sejak
               terjadi pembubaran komuni, tidak ada kolektif desa yang
               berfungsi. Sebaliknya, komite desa atau ‘administratif desa’
               mengelola dan mengurus tanah yang disewakan kepada
               para petani di bawah Household Responbility System.
               (Ho2001, 401-2; Pils 2005, 240-1). Komite desa dan ad-
               ministratif desa, bagaimanapun juga tidak memiliki hak
               untuk memindahkan tanah pertanian untuk digunakan
               sebagai kompensasi. Hak  itu dimiliki negara , yang sesuai
               dengan hukum, bisa mengambil alih tanah yang berada di
               bawah kepemilikan bersama, jika ‘ untuk kepentingan
               umum’ (Cai 2003,664-5; ‘Economist’ 2004; Guo 2001). Jadi
               walaupun secara teknis para petani memiliki tanah itu dan
               telah dijamin kontrak 30 tahun untuk menggunakan tanah
               itu, dengan dalih ‘kepentingan masyarakat’  para  pejabat
               dengan mudah menyitanya. Sebagaimana salah seorang
               pegawai  mengatakan, ‘hak kepemilikan  tanah diam-diam
               telah di curi  dari desa biasa dan diberikan kepada orang di
               tingkat yang lebih tinggi ‘(Ho 2001, 404).
                    Para pemain utama di ‘tingkat yang lebih tinggi’ itu
               adalah pemerintahan kotapraja di pedesaan serta peme-
               rintah kota kecil dan kota besar. Berdasarkan  hukum tanah
               ‘area urban kota besar’ merupakan  milik negara, sedangkan
               ‘area pinggiran kota’ merupakan milik kolektif pedesaan.
               Tetapi karena urbanisasi yang terjadi terus menerus, di
               banyak lokalitas sebagian besar lahan suburban dimasuk-
               kan ke dalam batas-batas kota, mencakup, dalam beberapa
               kasus, pengambil-alihan semua tanah yang dimiliki ber-
               sama (Ho 2001, 405). Di sisi lain, karena administrasi
               pemerintahan kotapraja tidak memiliki akses langsung
               terhadap tanah kolektif di desa, mereka harus melibatkan
               komite desa dalam transaksi penjualan  tanah - tapi hanya
               sebagai ‘perluasan’ kekuasaan politik mereka(Ho 2001, 405,
               lihat juga Guo 2001, 425).


                                                                  593
   602   603   604   605   606   607   608   609   610   611   612