Page 612 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 612
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
para preman melepaskan tembakan dan dan menewaskan
enam penduduk dan melukai lebih dari 100 orang (Saiget
2007; ‘Turning Ploughshares into Staves ‘2005). Di
Shanwei, Propinsi selatan Guangdong, tentara paramiliter,
yang dikirim pada akhir 2006 untuk menumbangkan dan
membubarkan partisipan dalam perebutan dan pendu-
dukan tanah sitaan lainnya, menewaskan 20 warga desa
dalam peristiwa yang kemudian dikenal sebagai ‘pem-
bantaian Shanwei’ (Gu, 2006).
Karena perlawanan dan kekerasan yang semakin
meningkat, serta keprihatinan mengenai hilangnya tanah
pertanian akibat perampasan tanah dapat mempengaruhi
jaminan pangan negara itu, pada tahun 2003, pemerintah
pusat mulai menjadikan perampasan tanah sebagai inti
dari kebijakan negara. Negara membatasi jumlah zona
pembangunan dan memberi tindakan keras terhadap
penyitaan ilegal. Pada tahun 2004 pemerintah pusat
menghentikan seluruh konversi tanah pertanian yang tidak
penting selama enam bulan, dan kemudian mengeluarkan
peraturan baru yang menuntut perubahan lainnya untuk
disetujui oleh pemerintah di tingkat tinggi(He2007, 48-9;
Rural Development Institute 2005; ‘Turning Ploughshares’
2005). Tetapi seperti dalam kampanyenya melawan korupsi
serta penyalahgunaan pajak, contoh-contoh di atas menun-
jukkan, kebijakan –kebijakan tersebut hanya memberikan
sedikit pengaruh. Contohnya, menurut perhitungan yang
dikeluarkan oleh Departemen Pertanian dan Sumber Daya,
terdapat 168.000 kasus transaksi tanah ilegal pada tahun
2004 (Cody 2004, 1A).
Pada tahun 2006, dalam pidato di mana dia me-
nyatakan ‘kami benar-benar tidak bisa melakukan suatu
kesalahan historis atas masalah sengketa tanah’, Perdana
menteri Wen Jiabao berterus terang mengakui bahwa
penyitaan tanah ilegal tanpa kompensasi yang cukup masih
merupakan sumber utama pemberontakan dan pergolakan
598

