Page 615 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 615

Dari yang Tersembunyi sampai yang Terbuka

               barang milik negara dan barang milik kaum kaya  atau
               pejabat pemerintah yang dilindungi polisi, dan yang
               hanyaditahan oleh penyebaran sejumlah besar pasukan
               paramiliter negara. Sebagian besar dipicu oleh peristiwa di
               mana pejabat pemerintah, orang kaya baru,atau bahkan
               PNS rendahan yang  bertindak kejam dan menghina
               migran, petani dan kaum miskin perkotaan, atau para
               peserta protes yang memandang kebijakan negara yang
               mewakili serangan lainnya terhadap  orang-orang miskin.
               Pada tahun 2004, misalnya, di distrik Wanzhou Chongqing
               di Propinsi Sichuan – di mana banyak penduduk pedesaan
               telah dipindahkan karena proyek Three Gorges Dam-
               mungkin sebanyak 80.000 orang ‘mengamuk’ setelah
               seorang pegawai pajak dengan brutal memukul pekerja
               migran yang tidak sengaja menabrak istri pegawai pajak
               tersebut (Chan 2004a, 2; 2004a, 1). Hal yang sama terjadi
               pula pada tahun 2005, 50.000 pekerja migran di
               Guangdong juga ‘mengamuk’ setelah seorang penjaga
               keamanan membunuh seorang pemuda migran yang
               dituduh mencuri sepeda (Chan 2005a, 4).  Sejumlah besar
               orang yang bertindak serentak dengan kecepatan dalam
               ketiga pergolakan ini menunjukkan bahwa di antara kaum
               miskin perkotaan dan pedesaan , berbagi perspektif kelas
               dan pengertian luas tentang ketidakadilan yang mendalam
               sampai pada titik yang membuat mereka mampu menge-
               sampingkan merasa takut dan perbedaan (cf. Thompson
               1971, 78).
                    Memang, lahir dari kontradiksi kelas dan margi-
               nalisasi mereka dalam masyarakat pasca-sosialis, ledakan
               kejengkelan dan kemarahan di kalangan anggota masya-
               rakat miskin pedesaan, kaum yang ‘tidak punya apa-apa’,
               pekerja migran, pekerja yang kehilangan haknya dan kaum
               miskin kota menunjukkan bahwa ‘kesatuan sosial-budaya’
               berdasarkan konsepsi umum telah berkembang di antara
               mereka. Teoretisi gerakan sosial menyatakan bahwa “ra-


                                                                  601
   610   611   612   613   614   615   616   617   618   619   620