Page 614 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 614
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
rintah menghina rakyat biasa dan tidak takut untuk
menggertak mereka” menunjukkan ejekan dan rasa jijik.
Bahasa protes juga telah berubah. Dalam perlawanan pajak,
seperti salah satu cendekiawan China katakan, “karena
adanya kebijakan-kebijakan yang jelas untuk mendukung
penyebab masalah, slogan akan berbunyi “melaksanakan
kebijakan pusat. . . mengurangi beban petani”. Karena isu
tanah merupakan persoalan yang menyangkut kelang-
sungan hidup para petani, bahasa mereka menjadi tepat
pada sasaran. Misalnya, [Mereka berkata:] “Bagaimana kita
bisa hidup tanpa tanah!” ‘(Pils 2005, 288). Slogan seperti
‘Kembalikan tanah dan properti kepada para petani’ dan
‘’Wujudkan kekuatan politik petani sendiri’ sama langsung-
nya (Thornton 2004, 98), tetapi mereka tidak menangkap
kontradiksi mendasar tentang pengertian kapitalisme
neoliberal yang terkandung dalam ‘bagaimana kami
bertahan hidup?’ Para petani yang kehilangan tanah mereka
akibat perampasan tanah atau siapa saja yang s telah dibuat
kehilangan tanahnya mengatakan bahwa mereka sekarang
termasuk dalam ‘kelas’ baru ‘tiga tanpa’- tanpa tanah, tanpa
pekerjaan, tanpa jaminan sosial. Tersirat di dalamnya
sebuah kritik terhadap negara dan masyarakat yang tidak
hanya mengizinkan, tetapi juga mendorong proses
pembentukan kelas itu sendiri.
Kejengkelan dan kemarahan banyak penduduk
pedesaan mengenai semakin besarnya kesenjanganjalur
pasca-sosialis telah menggema dalam beberapa tahun
terakhir dengan ‘kemunculan’ berbagai ledakan sosial
besar-besaran. Tidak mengherankan, daerah pedesaan,
daerah pinggiran kota dan perkotaan di mana pergolakan
ini sering terjadi seringkali memili populasi migran
pedesaan yang besar. Sebagian besar dari ledakan ‘spontan’
ini melibatkan kumpulan puluhan ribu orang dalam
hitungan jam. Mereka menimbulkan banyak kekerasan,
termasuk serangan ke markas polisi, kendaraan polisi,
600

