Page 51 - MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: PRINSIP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI
P. 51

30     MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: PRINSIP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI
                   Ilustrasi Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

            perencanaan  yang  sebelumnya  terpusat  harus  dirombak  menjadi
            sistem yang simultan: terintegrasi secara vertikal dan terkoordinasi
            secara  horizontal.  Di  sinilah  letak  urgensi  membangun  sistem
            perencanaan pembangunan nasional yang mampu menjembatani
            kepentingan  negara  secara keseluruhan dengan aspirasi  lokal  dan
            keragaman spasial. Sistem perencanaan pusat–daerah bukan hanya
            mekanisme pembagian  tugas administratif,  melainkan bentuk
            governance architecture  yang merekonstruksi relasi kuasa, sumber
            daya, dan akuntabilitas dalam pembangunan nasional.

                Secara  normatif,  Undang-Undang  Nomor  25  Tahun  2004
            menyatakan bahwa  sistem perencanaan pembangunan nasional
            merupakan satu kesatuan tata  cara perencanaan pembangunan
            untuk menghasilkan rencana jangka panjang, jangka menengah, dan
            tahunan yang  dilaksanakan oleh  unsur  penyelenggara  negara  dan
            masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah. Ini mengandung
            dua pesan penting.  Pertama,  bahwa perencanaan nasional dan
            daerah harus dibangun  dalam kerangka  sistem yang tunggal dan
            terkoordinasi. Kedua, bahwa aktor-aktor perencanaan tidak terbatas
            pada pemerintah pusat, tetapi juga mencakup pemerintah daerah dan
            elemen masyarakat. Oleh sebab itu, sistem ini tidak bekerja secara
            sektoral dan hierarkis semata, tetapi juga menuntut adanya horizontal
            accountability antarpelaku pembangunan.

                Dalam praktiknya, sistem ini dibentuk melalui struktur
            kelembagaan dan mekanisme kerja yang diatur lebih lanjut dalam
            Peraturan  Pemerintah  Nomor  40  Tahun  2006.  PP  ini  menetapkan
            tata cara penyusunan  rencana pembangunan nasional  secara
            menyeluruh,  termasuk  peran  strategis  Menteri  PPN/Bappenas  di
            tingkat pusat serta Bappeda di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
            Menteri bertanggung jawab menyusun dokumen RPJP Nasional,
            RPJM Nasional, dan RKP, sedangkan kepala Bappeda menyusun RPJP
            Daerah, RPJM Daerah, dan RKPD. Meskipun disusun oleh entitas yang
            berbeda, seluruh dokumen ini harus saling merujuk, membentuk
            jejaring dokumen yang berkesinambungan secara  substantif dan
            koheren  secara  temporal.  Di  sinilah  pentingnya  sistem,  bukan
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56