Page 53 - MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: PRINSIP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI
P. 53

32     MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: PRINSIP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI
                   Ilustrasi Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

            kuatnya koordinasi lintas sektoral dan lemahnya kualitas perencanaan
            teknokratik di sejumlah daerah karena keterbatasan SDM perencana
            atau minimnya data dan sistem informasi.

                Untuk menjawab tantangan-tantangan  tersebut, pemerintah
            memperkuat sistem perencanaan melalui pemanfaatan teknologi
            informasi, salah satunya melalui platform digital KRISNA
            (Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran).  Sistem
            ini memungkinkan input data perencanaan kementerian/lembaga
            diselaraskan dengan program prioritas nasional, target  RKP, serta
            program  kewilayahan  dan  lintas  K/L.  Beberapa  daerah  juga  mulai
            menerapkan e-planning dan  e-budgeting  sebagai bentuk sinergi
            data antara pusat dan daerah. Transformasi digital ini tidak hanya
            meningkatkan efisiensi administratif, tetapi juga mendorong integrasi
            substantif perencanaan fiskal secara nasional.

                Secara   teoritik,  sistem  perencanaan   pusat–daerah  ini
            mencerminkan prinsip  intergovernmental planning  dalam literatur
            kebijakan publik, di  mana koordinasi  dan kolaborasi antara  level
            pemerintahan menjadi determinan utama efektivitas pembangunan.
            Sistem ini juga merupakan instrumen policy alignment, yaitu upaya
            menyelaraskan arah kebijakan antarlevel untuk menciptakan sinergi
            strategis. Oleh karena itu, keberhasilan sistem ini sangat tergantung
            pada dua hal: (1) keberfungsian institusi perencana—Bappenas dan
            Bappeda—sebagai  simpul koordinatif, dan (2) keterlibatan aktif
            semua aktor dalam  menyusun, menelaah,  dan menyepakati  arah
            pembangunan bersama.
                Dengan demikian, sistem perencanaan pusat–daerah bukan hanya
            struktur birokratis, melainkan mekanisme koordinatif yang memiliki
            dimensi normatif dan strategis. Ia mencerminkan upaya negara untuk
            menjaga keseimbangan antara integrasi nasional dan otonomi daerah,
            antara  sentralitas  visi  dan  desentralisasi  aksi.  Dalam  kerangka  ini,
            perencanaan menjadi instrumen utama dalam menyatukan kebijakan
            fiskal, sosial, dan spasial ke dalam satu sistem pembangunan nasional
            yang menyeluruh, sinkron, dan berkelanjutan.
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58