Page 63 - MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: PRINSIP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI
P. 63

42     MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: PRINSIP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI
                   Ilustrasi Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

            lintas sektor, serta mekanisme review oleh Bappenas dan Kemenkeu
            dalam forum dua pihak dan tiga pihak.

                Selain integrasi sektoral, sistem perencanaan nasional juga
            dituntut untuk menghadirkan integrasi spasial, yaitu keterkaitan
            antaraprioritaspembangunan  dengan  kondisi, potensi,  dan kebutuhan
            wilayah. Konstitusi Indonesia yang menempatkan keadilan sosial dan
            kesatuan nasional sebagai tujuan negara mengharuskan perencanaan
            wilayah tidak hanya menjadi pelengkap sektoral, tetapi harus berdiri
            sebagai dimensi korektif terhadap ketimpangan regional.

                Integrasi perencanaan wilayah terlihat dalam upaya sinkronisasi
            RPJM Nasional  dan RKP  dengan Rencana  Tata Ruang  Wilayah
            (RTRW),  RPJM Daerah, dan  RKPD. Pemerintah pusat  melalui
            Bappenas dan Kementerian ATR/BPN berupaya menyelaraskan
            sasaran pembangunan nasional dengan tata ruang nasional dan
            struktur ruang  wilayah.  Sebagai contoh, pengembangan kawasan
            metropolitan, kawasan industri strategis, atau kawasan perbatasan
            nasional tidak mungkin efektif tanpa kolaborasi  spasial yang jelas
            antara pusat  dan daerah. Di  sinilah pentingnya  menggabungkan
            pendekatan sektoral-topik dengan pendekatan spasial-wilayah dalam
            satu peta rencana pembangunan yang integratif.

                Dalam  praktiknya,  integrasi  spasial  diakomodasi  melalui
            pendekatan major project atau proyek prioritas nasional berbasis
            wilayah strategis yang mencakup lebih dari satu sektor dan lebih dari
            satu daerah administratif. Misalnya, proyek pengembangan Kawasan
            Industri Terpadu Batang  atau  KEK Mandalika melibatkan sektor
            infrastruktur, industri, tenaga kerja, dan pariwisata, serta memerlukan
            koordinasi antardaerah. Hal ini mendorong logika perencanaan lintas
            yurisdiksi yang menuntut integrasi kelembagaan dan spasial secara
            simultan.

                Selain perencanaan sektoral dan wilayah, terdapat pula
            perencanaan teknis yang bersifat lebih mikro dan operasional,
            seperti penyusunan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK), Rencana Aksi
            Nasional, Renstra Eselon I, dan dokumen perencanaan teknis lainnya.
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68