Page 70 - MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: PRINSIP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI
P. 70

BAGIAN  I   49
                                                            Perencanaan

            penguatan fondasi transformasi, RPJM II (2030–2034) pada akselerasi
            dan penguatan transformasi, RPJM III (2035–2039) pada konsolidasi
            hasil transformasi, dan RPJM IV (2040–2044) sebagai tahap
            pencapaian sasaran Indonesia Emas. Setiap tahapan disusun dengan
            focus of development tertentu, namun tetap berada dalam garis besar
            RPJP secara utuh. Strategi pentahapan ini memungkinkan adaptasi
            terhadap dinamika sosial-politik yang terjadi, tanpa kehilangan
            kontinuitas arah jangka panjang.
                Dari  perspektif  hukum  administrasi  negara,  RPJP  memiliki
            dua fungsi penting. Pertama, fungsi normatif sebagai dasar hukum
            perencanaan, yang mengikat semua bentuk perencanaan menengah
            dan tahunan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Kedua, fungsi
            implementatif  sebagai instrumen pengendali kebijakan dan alat
            pertanggungjawaban  vertikal  antar  level  pemerintahan.  Seluruh
            dokumen RPJM, RKP, Renstra Kementerian/Lembaga, hingga RPJMD
            dan Renstra SKPD, wajib merujuk dan mengacu secara langsung pada
            RPJP ini. Artinya, tanpa keterikatan kepada RPJP, setiap kebijakan
            pembangunan berisiko menjadi fragmentaris, tidak konsisten, atau
            bahkan reaktif terhadap tekanan politik sesaat.
                Lebih dari itu,  RPJP menjadi instrumen akuntabilitas jangka
            panjang. Evaluasi capaian pembangunan nasional tidak hanya dinilai
            dari capaian tahunan, tetapi dari kemampuannya untuk mewujudkan
            sasaran  dan misi dalam RPJP.  Indikator  seperti pertumbuhan
            ekonomi, pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan,
            transformasi hijau, dan penguatan  daya  saing nasional semuanya
            diukur dalam kerangka visi jangka panjang tersebut.
                Dengandemikian,  RPJP Nasional  2025–2045  sebagaimanatertuang
            dalam Undang-Undang Nomor 59 Tahun 2024 adalah fondasi strategis
            perencanaan nasional yang bukan hanya menjadi acuan teknis, tetapi
            juga wujud dari visi kebangsaan yang matang, inklusif, dan berjangka
            panjang. Ia menjadi penanda bahwa pembangunan Indonesia tidak
            berjalan secara sporadis atau pragmatis, melainkan diarahkan oleh
            kehendak kolektif untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang
            tangguh, sejahtera, adil, dan berpengaruh secara global. Dalam situasi
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75