Page 80 - MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: PRINSIP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI
P. 80

BAGIAN  I   59
                                                            Perencanaan

            ini juga  melibatkan  DPR  RI, yang melalui fungsi pengawasan
            politiknya,  berwenang  menilai kesesuaian antara pelaksanaan
            pembangunan  dan  dokumen  perencanaan  yang  telah  ditetapkan
            secara hukum.

                Dalam konteks RPJP 2025–2045, pengendalian pelaksanaannya
            menjadi  semakin  kompleks  karena  mencakup  horizon  waktu
            yang sangat panjang dan melibatkan berbagai aktor lintas periode
            pemerintahan. Untuk menjamin keberlanjutan arah,  RPJP  dibagi
            menjadi empat tahapan RPJM. Setiap RPJM memuat indikator target
            dan prioritas kebijakan yang diturunkan dari RPJP, dan karenanya
            capaian RPJM  menjadi proxy indicator terhadap  keberhasilan
            implementasi RPJP.  Di  sini, fungsi evaluasi bersifat agregatif:
            mengukur kontribusi setiap pemerintahan dalam mencapai sasaran
            akhir RPJP pada tahun 2045.

                Untuk mendukung prosesevaluasi dan pengendalianyang objektif,
            pemerintah mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi dan
            berbasis data, seperti KRISNA (Kolaborasi Perencanaan dan Informasi
            Kinerja Anggaran), Satu Data Indonesia, dan Sistem Monitoring dan
            Evaluasi Pembangunan Nasional (e-Monev). Melalui sistem ini, data
            perencanaan, pelaksanaan, dan capaian kinerja dapat diakses lintas
            instansi dan dikompilasi secara real  time. Sistem  ini  tidak  hanya
            meningkatkan transparansi, tetapi juga memungkinkan deteksi dini
            atas deviasi kebijakan,  duplikasi program, atau  stagnasi kinerja di
            tengah jalan.
                Namun  demikian,  pelaksanaan  evaluasi  dan  pengendalian
            pembangunan belum  sepenuhnya terbebas dari tantangan. Dalam
            banyak kasus, evaluasi  masih bersifat deskriptif dan formalistik,
            belum menyentuh akar  masalah atau kegagalan  kebijakan. Selain
            itu, terdapat kesenjangan antara  hasil evaluasi dan tindak lanjut
            kebijakan—di mana rekomendasi evaluasi tidak selalu diakomodasi
            dalam perencanaan periode berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
            masih dibutuhkan penguatan kapasitas institusi  perencana dan
            evaluasi, perbaikan sistem pelaporan, serta komitmen politik yang kuat
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85