Page 153 - Tanah Hutan Rakyat
P. 153

140   Aristiono Nugroho, dkk

            dari pencemaran sampah plastik yang sulit diurai oleh bakteri
            tanah. Setelah cangkokan berumur 40  hari maka bibit siap
            dipindahkan.
                Bagi masyarakat Desa Kalimendong, bibit  albasia
            merupakan kebutuhan yang mendasar, ketika mereka ingin
            melestarikan keberadaan hutan  di  atas  tanah miliknya.
            Kebutuhan dasar ini tidak hanya melibatkan proses pertanian

            (pembibitan albasia), melainkan juga melibatkan proses sosial
            (interaksi  sosial  dalam konteks bibit  albasia).  Keterpaduan
            proses pertanian  dengan proses  sosial  berkontribusi  bagi
            upaya menjamin keberadaan hutan  rakyat,  yang  juga
            merupakan bagian  dari  upaya konservasi  tanah.  Segenap
            upaya ini memiliki “muara” berupa peningkatan kesejahteraan
            masyarakat  dalam  frame  konservasi tanah. Kesinambungan

            bibit albasia merupakan upaya optimal yang dapat dilakukan
            masyarakat, agar tidak ada anggota masyarakat yang terjatuh
            ke lapisan sosial yang menyengsarakan. Bersama-sama dengan
            kemampuan memproduksi dan memasarkan albasia dan salak,
            maka masyarakat  dapat meningkatkan kesejahteraannya.
            Tentu  saja  peran  APHR  tidak  dapat  dilepaskan  dalam
            konteks ini,  karena  APHR-lah  yang mengelola  pemasaran
            dan  mengarahkan produksi.  Ketika pembibitan, produksi,
            dan pemasaran dapat dikelola dengan baik, maka level sosio-

            ekonomi masyarakat  dapat berada  pada kedudukan  yang
            relatif tinggi.
                Pengadaan bibit albasia menunjukkan adanya komitmen
            masyarakat  dalam mempertahankan hutan  rakyat  di  Desa

            Kalimendong,  serta  adanya  proses sosial  yang  mengarah
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158