Page 159 - Tanah Hutan Rakyat
P. 159
146 Aristiono Nugroho, dkk
yang telah diuraikan, melainkan juga memberikan keuntungan
sosial, sebagai berikut: Pertama, keuntungan obyektif, yang
menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif statistikal, seperti:
tingkat pendidikan, dan besarnya penghasilan. Berdasarkan
keuntungan ekonomi yang diperolehnya, maka masyarakat
Desa Kalimendong mampu menyekolahkan anak-anaknya
untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, agar suatu
saat mampu mendapat penghasilan yang lebih besar; Kedua,
keuntungan subyektif, yang menggunakan kategori sosial,
seperti keberadaan anggota masyarakat yang bersangkutan pada
lapisan atau strata sosial tertentu. Kedudukan sosial ini memberi
kesempatan bagi anggota masyarakat yang bersangkutan,
untuk menjalankan peran sosialnya berupa pemenuhan
hak dan kewajiban. Ketiga, keuntungan reputasional, yang
menggunakan penilaian dalam skala tertentu terhadap anggota
masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan penilaian ini maka
anggota masyarakat yang bersangkutan dapat memperoleh
prestise (gengsi) tertentu di hadapan masyarakat desa.
Ketika masyarakat memperoleh keuntungan sosial, maka
kesadaran tentang adanya keuntungan sosial ini tidak muncul
tiba-tiba. Kesadaran ini muncul melalui proses psiko-sosial,
yang berlangsung pada masing-masing anggota masyarakat
yang terlibat dalam pengelolaan tanah hutan rakyat.
Proses psiko-sosial yang berlangsung melibatkan aspek
sosio-ekonomi dan aspek sosio-ekologi yang mengalami
internalisasi, sehingga anggota masyarakat yang bersangkutan
mengalami rekonstruksi atas mindset sosialnya. Salah satu
substansi penting dalam mindset sosial tersebut adalah ikatan