Page 163 - Tanah Hutan Rakyat
P. 163
150 Aristiono Nugroho, dkk
8 ribu per kg, sehingga masyarakat menjualnya dalam bentuk
buah. Masyarakat menjual salak pada pengepul yang ada di
Desa Kalimendong, yang jumlahnya mencapai 8 (delapan)
orang pengepul. Adakalanya harga salak bergantung pada
musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim kemarau
harga salak mencapai Rp. 8.000,- per kg, sedangkan pada
musim hujan sebesar Rp. 6.000,- per kg. Walaupun demikian
salak tetap menguntungkan, karena dalam satu tahun salak
dapat dipanen secara rutin selama 8 bulan.
Masuknya salak pondoh ke Desa Kalimendong diawali oleh
adanya tokoh masyarakat setempat, yang bersungguh-sungguh
“mencari” tanaman komersial yang paling menguntungkan
masyarakat. Akhirnya tokoh masyarakat ini menetapkan pilihan
jatuh pada salak pondoh, yang didatangkan dari Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat itu masyarakat
terbagi atas dua kelompok, sebagai berikut: Pertama, kelompok
yang percaya (trust) pada kesungguhan tokoh masyarakat dalam
mencari tanaman komersial yang paling menguntungkan
masyarakat. Apabila masyarakat mengalami kerugian atas
pilihannya, maka kelompok ini telah siap menanggungnya dan
siap pula untuk mencari alternatif lain; Kedua, kelompok yang
tidak percaya (mistrust) pada kesungguhan tokoh masyarakat
dalam mencari tanaman komersial yang paling menguntungkan
masyarakat. Kelompok ini khawatir atas potensi kerugian, yang
dapat dialami oleh masyarakat atas pilihan tanamannya. Oleh
karena itu, kelompok ini tidak bersedia mengambil resiko
itu, dan lebih senang menanam kopi yang telah nyata-nyata
memberikan hasil.