Page 165 - Tanah Hutan Rakyat
P. 165
152 Aristiono Nugroho, dkk
harganya mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi suply
and demand (penawaran dan permintaan) yang terbentuk
di tingkat petani. Percaya diri masyarakat terus berkembang
seiring berkembangnya waktu, dan seiring meningkatnya
kemampuan masyarakat dalam meredam gejolak harga
di tingkat petani. Pengalaman yang ada selama ini, telah
memberi pelajaran berharga bagi masyarakat untuk tidak
mudah dikalahkan oleh situasi dan kondisi yang dinamis. Hasil
belajar melalui pengalaman telah menjadikan masyarakat
percaya, bahwa keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan
dalam frame konservasi tanah tidaklah mudah dikalahkan
oleh fluktuasi harga. Bahkan masyarakat terus mencari
alternatif pengganti tanaman salak, bila suatu saat siasat yang
digunakan sudah tidak ampuh lagi.
Sementara itu, agar tanaman salak produktif masyarakat
wajib menggunakan bibit unggul, sebab bila bibitnya tidak
unggul akan merugikan masyarakat bertahun-tahun, karena
salak adalah tanaman tahunan. Pembibitan salak yang baik
berasal dari anakan salak (vegetatif). Selain itu juga perlu
diperhatikan cara menanam salak, yaitu dengan terlebih
dahulu membuat lubang dengan ukuran 30 cm x 30 cm x
30 cm, yang jaraknya adalah 2 m x 2,5 m. Masyarakat Desa
Kalimendong mengetahui, bahwa untuk satu hektar tanah
dibutuhkan 2.000 bibit salak, yang harganya Rp. 6.000,- per
bibit, sehingga biaya bibit per hektar sebesar Rp. 12 juta.
Keberadaan dan keberlanjutan bibit salak, merupakan
salah satu ikhtiar penting yang diupayakan oleh masyarakat
Desa Kalimendong. Pembibitan salak yang konsisten dan