Page 167 - Tanah Hutan Rakyat
P. 167
154 Aristiono Nugroho, dkk
hidup yang khas Desa Kalimendong, yang terbukti memberi
ketegaran dalam memadukan sosio-ekonomi dengan sosio
ekologi. Ketika sebelumnya mereka tidak-puas atas kondisi
sosio-ekonomi, ternyata hal ini tidak menjadikan masyarakat
kehilangan kepercayaan pada pemimpinnya (kepala desa dan
tokoh masyarakat setempat), sebaliknya kondisi ini semakin
mendekatkan masyarakat dengan pemimpinnya. Berbekal
kepercayaan diri sendiri dan percaya pada pemimpin inilah,
masyarakat mengelola tanah di Desa Kalimendong dengan
sebaik-baiknya.
Saat mengelola tanah, masyarakat berupaya memenuhi
kebutuhan tanaman salak. Pada tanah seluas satu hektar,
tanaman salak membutuhkan: Pertama, pupuk kandang
sebanyak 10 ton, yang harganya mencapai Rp. 200.000,- per
ton, sehingga biaya pupuk kandang per hektar sebesar Rp. 2
juta; Kedua, biaya tenaga kerja untuk penanaman salak pada
tanah seluas satu hektar, sebesar Rp. 1 juta; Ketiga, biaya
tenaga kerja untuk perawatan dan pemupukan salak pada
tanah seluas satu hektar, sebesar Rp. 15 juta; Keempat, biaya
tenaga kerja untuk panen dan pasca panen tahun keempat
pada tanah seluas satu hektar, sebesar Rp. 600.000,-; Kelima,
biaya tenaga kerja untuk panen dan pasca panen tahun kelima
pada tanah seluas satu hektar, sebesar Rp. 800.000,-.
Setelah dihitung dengan cermat, beberapa anggota
mansayarakat mengakui, bahwa biaya produksi salak selama
lima tahun pertama, sebesar Rp. 31.400.000,-. Besarnya biaya
produksi ini tidak menggentarkan hati anggota masyarakat
yang menanam salak, karena mereka memiliki pengharapan