Page 172 - Tanah Hutan Rakyat
P. 172
Tanah Hutan Rakyat 159
menjelaskan, bahwa livelihood adalah cara yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan sejumlah uang, yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan
keluarganya. Sementara itu, livelihood yang berkembang di
Desa Kalimendong terdiri dari: Pertama, livelihood on-farm,
yaitu kegiatan pertanian yang berkaitan dengan aktivitas
di atas tanah pertanian. Kegiatan ini digeluti oleh sebagian
masyarakat karena selalu memberi pengalaman berharga
bagi masyarakat, terutama dalam menyiasati alam agar
pertanian tetap dapat bertahan; Kedua, livelihood off-farm,
yaitu kegiatan pertanian yang berkaitan dengan aktivitas
di luar tanah pertanian. Kegiatan ini digeluti oleh sebagian
masyarakat sebagai bentuk tambahan kegiatan, yang memberi
tambahan penghasilan; Ketiga, livelihood non-farm, yaitu
kegiatan yang tidak berkaitan dengan pertanian yang digeluti
oleh sebagian masyarakat, karena memiliki modal yang cukup
untuk membiayai kegiatan itu.
Keberhasilan masyarakat Desa Kalimendong mengelola
livelihood, didukung oleh adanya budidaya albasia dan salak.
Selain itu, keberhasilan ini juga didukung oleh peran APHR
(Asosiasi Pemilik Hutan Rakyat), yang membantu pemasaran
albasia dan salak. Sebagaimana diketahui, APHR berdiri pada
tanggal 10 Mei 2011, yang saat awal pembentukannya dihadiri
oleh perwakilan dari 5 (lima) desa, yaitu Desa Buret, Desa
Jonggolsari, Desa Kalimendong, Desa Manggis, dan Desa
Durensawit, yang kemudian diberi nama “BuJoKoMaDu”
(Buret, Jonggolsari, Kalimendong, Manggis, dan Durensawit).
Tetapi beberapa waktu kemudian perwakilan Desa Buret