Page 171 - Tanah Hutan Rakyat
P. 171
158 Aristiono Nugroho, dkk
tahun pertama adalah sebesar Rp. 3.600.000,- atau dapat pula
dikatakan, bahwa keuntungan dalam satu hektar tanaman
salak pada lima tahun pertama adalah sebesar Rp. 720.000,-
per tahun. Keuntungan ini mendorong masyarakat untuk
melakukan budidaya salak di sela-sela pohon albasia, karena
pada tahun-tahun berikutnya biaya produksi salak akan
menurun, sedangkan pendapatannya meningkat.
Keuntungan menanam salak inilah, yang terus menerus
menyemangati masyarakat Desa Kalimendong, untuk
tekun melakukan budidaya salak di sela-sela pohon albasia.
Masyarakat juga berupaya mandiri, agar tidak tergantung
pada pihak-pihak di luar Desa Kalimendong, terutama yang
terkait dengan penyediaan bibit, pupuk kandang, dan tenaga
kerja. Upaya ini menunjukkan semangat dan optimisme
masyarakat, untuk menepis keraguan terhadap budidaya salak
dan albasia. Optimisme semakin kuat, ketika antar anggota
masyarakat membangun relasi, untuk membentuk kerjasama
meraih kesejahteraan bersama.
Akan tetapi, banyaknya tanaman salak di Desa
Kalimendong telah mengakibatkan desa ini kekurangan
tenaga kerja atau buruh untuk budidaya salak. Anggota
masyarakat yang menanam salak terpaksa harus “inden”
(pesan) untuk mendapatkan tenaga kerja, yang akan
memelihara dan memanen salak yang ditanamnya di tanah
hutan rakyat. Inilah dinamika livelihood Desa Kalimendong
yang terus menerus dikelola oleh masyarakat, agar dapat
mendekatkan mereka pada peningkatan kesejahteraan dalam
frame konservasi tanah dan hutan. Elizabeth Walter (2004)