Page 67 - Tanah Hutan Rakyat
P. 67
54 Aristiono Nugroho, dkk
dampak perseteruan ideologis ini, agar tidak mengorbankan
masyarakat Desa Kalimendong.
Perseteruan ideologis di Desa Kalimendong dapat
diredam, ketika masyarakat mampu mengenakan arti pada
dunianya. Saat itu masyarakat mulai menaruh perhatian pada
kehidupan sosial yang mereka jalani. Saat setiap anggota
masyarakat mampu membayangkan dirinya pada peran sosial
orang lain, dan mampu berdiskusi secara internal dengan
dirinya sendiri, maka saat itulah dibangun makna revolusi bagi
masyarakat Desa Kalimendong. Dengan kata lain masyarakat
Desa Kalimendong merespon revolusi berdasarkan makna
revolusi bagi mereka. Makna ini berasal dari interaksi antar
anggota masyarakat, yang disempurnakan di saat proses
interaksi berlangsung. Hasilnya berupa pemikiran, kemauan,
dan perasaan masyarakat Desa Kalimendong yang cenderung
lebih damai.
Kecenderungan untuk hidup damai yang diperlihatkan
masyarakat Desa Kalimendong merupakan ciri atau karakter
masyarakat desa pada umumnya. James C. Scott (1989)
telah menjelaskan, bahwa sesungguhnya masyarakat desa
menginginkan kedamaian, dan hubungan patron-klien
paternalistik yang memberi jaminan dan keamanan sosial
(social security). Masyarakat desa jarang tampil mengambil
suatu keputusan yang berisiko, karena mereka cenderung
memikirkan keamanan terlebih dahulu (safety first).
Kecenderungan inilah yang menjadi bahan baku bagi Narjo
untuk meredam dampak perseteruan ideologis. Perjuangan
Narjo memang tidak sepenuhnya berhasil, karena tetap