Page 79 - Tanah Hutan Rakyat
P. 79

66    Aristiono Nugroho, dkk

            tanah hutan  rakyat  dengan  sebaik-baiknya. Pandangan ini
            secara sosiologi dikenali sebagai pandangan yang subyektif,
            bahkan  ada sebagian sosiolog  yang  menyebutnya  “mistik”.
            Tetapi pandangan semacam ini pudar kesan mistiknya, ketika
            diketahui bahwa pengelolaan tanah hutan rakyat merupakan
            sesuatu yang observable  (dapat diamati), sebagaimana yang
            telah disampaikan (sayings) dan dilaksanakan (doings) oleh
            masyarakat.

                Ikhtiar Martosudiro  yang  pada kenyataannya  dapat
            direalisasikan di Desa Kalimendong ini, secara teoritik berada
            pada ranah Teori Akses (Theory of Access). Derek Hall, Philip
            Hirsch and Tania Murray Li dalam “Power of Exclusion: Land
            Dilemas in South East Asia” (2011) menjelaskan adanya Theory
            of Access, yang mengkaji pihak yang mendapatkan akses dan

            keuntungan atas tanah. Dalam konteks ini ikhtiar Martosudiro,
            sesungguhnya  berisi  upaya untuk  memperjuangkan,  agar
            pihak yang  mendapatkan akses dan  keuntungan atas  tanah
            adalah pemilik tanah, yang dalam hal ini adalah masyarakat
            Desa Kalimendong.
                Perjuangan ini mencapai keberhasilan, ketika masyarakat

            mampu  merespon  stimulus  (rangsangan)  dengan  tepat.
            Telah  menjadi pengetahuan umum,  bahwa  stimulus  dapat
            berupa segenap  kondisi sosio-ekonomi  dan sosio-ekologi
            saat ini. Stimulus membutuhkan respon yang tepat, melalui
            pemikiran,  sikap,  tindakan,  dan perilaku  yang  tepat pula
            dari orang yang merespon. Ketepatan respon yang dibangun
            terbentuk, bila masyarakat memiliki sikap mental yang telah

            disiapkan sebelumnya, yang sesuai dengan semangat untuk
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84