Page 81 - Tanah Hutan Rakyat
P. 81
68 Aristiono Nugroho, dkk
dipraktekkan di desa ini, yang selanjutnya memunculkan
perubahan sosio-ekonomi dan sosio-ekologi.
Setelah terjadi perubahan sosio-ekonomi dan sosio-
ekologi, maka perubahan ini pada prinsipnya akan
dipertahankan dan sedapat mungkin dikembangkan. Secara
teoritik fakta ini dapat difahami dengan menggunakan
terminologi “reinforcement”, yaitu proses di mana akibat atau
perubahan yang terjadi dalam lingkungan akan memperkuat
perilaku tertentu di masa datang. Oleh karena perubahan
yang terjadi menguntungkan masyarakat, maka perubahan
yang terjadi di Desa Kalimendong terus dipertahankan dan
dikembangkan. Perubahan sosio-ekonomi dan sosio-ekologi
yang terjadi akhirnya menjadikan masyarakat terhindar dari
eksklusi. Ketika konsepsi powers of exclusion diletakkan pada
konteks Desa Kalimendong, ada satu hal yang patut disyukuri
oleh masyarakat Desa Kalimendong, yaitu masyarakat desa
ini tidak tereksklusi atau tidak tersingkir dari tanahnya.
Masyarakat tetap menguasai dan memiliki tanah, yang selama
ini telah mereka miliki, sehingga mereka dapat menggunakan
dan memanfaatkan tanah dengan sebaik-baiknya. Berbekal
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah,
maka masyarakat dapat mengelola tanah hutan rakyat, untuk
menggapai kesejahteraan dalam frame konservasi tanah.
Selain mengelola tanah hutan rakyat, masyarakat Desa
Kalimendong juga menggarap tanah pekarangan; yang pada
awal kepemimpinan Martosudiro, hanya sebagian kecil
masyarakat yang menaruh perhatian pada pekarangan yang
dimilikinya. Interaksi yang intens antara Martosudiro dengan