Page 85 - Tanah Hutan Rakyat
P. 85
72 Aristiono Nugroho, dkk
Cara pengelolaan tanah oleh masyarakat memberikan
peluang bagi mereka untuk mendapatkan penghasilan dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya. Penghasilan ini kemudian
menjadi instrumen penguat (reinforcement), yang mendorong
masyarakat Desa Kalimendong berkenan melaksanakan
anjuran Martosudiro. Sebagian masyarakat yang berhasil
memperoleh penghasilan saat melaksanakan anjuran
Martosudiro, selanjutnya berkembang menjadi model bagi
sebagian masyarakat lainnya. Hal ini menunjukkan, bahwa
sebagian masyarakat telah belajar dari sebagian masyarakat
lainnya yang dipandang sebagai model, melalui suatu proses
yang disebut “observational learning”, atau pembelajaran
(peniruan) melalui pengamatan. Hasil “observational
learning” ini memberi kesempatan bagi dilakukannya kajian
atas kinerja Martosudiro (Kepala Desa Kalimendong tahun
1982 – 1983) atas pandangan Henry Bernstein dalam ”Class
Dynamic of Agrarian Change” (2010) yang mengajukan empat
pertanyaan penting, sebagai berikut: Pertama, siapa memiliki
apa atau who owns what? Kedua, siapa melakukan apa atau
who does what? Ketiga, siapa mendapatkan apa atau who gets
what? Keempat, apa yang mereka lakukan dari yang mereka
dapatkan atau what do they do with it?
Berdasarkan fakta Desa Kalimendong di masa
kepemimpinan Martosudiro, maka pertanyaan Henry
Bernstein dapat dijawab, sebagai berikut: Pertama,
masyarakat adalah pihak yang menguasai dan memiliki
tanah, sehingga dapat menggunakan dan memanfaatkan
tanah tersebut. Sementara itu, Pemerintah Desa Kalimendong