Page 90 - Tanah Hutan Rakyat
P. 90
Tanah Hutan Rakyat 77
Mulyadi ini penting, agar masyarakat Desa Kalimendong
terhindar dari adat istiadat yang bertentangan dengan
semangat konservasi dan kesejahteraan. Ikhtiar Mulyadi
tidaklah mudah karena adat istiadat ini dipelihara turun
temurun oleh masyarakat. Namun, akhirnya Mulyadi berhasil
memperbaiki adat istiadat yang boros secara finansial, dengan
tetap mempertahankan adat istiadat yang berisi sistem
kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli, seperti: tolong
menolong, guyub, persaudaraan, gotong royong, bermoral,
dan bersusila. Adat istiadat yang berkembang telah diarahkan
oleh Mulyadi, agar sesuai dengan semangat meningkatkan
kesejahteraan dalam frame konservasi tanah. Arahan Mulyadi
ini relevan dengan kondisi Desa Kalimendong saat itu,
yang masyarakatnya masih memperhatikan substansi yang
dikomunikasikan oleh kepala desa. Hasil komunikasi berupa
munculnya tindakan masyarakat, yang selanjutnya menjadi
kebiasaan (habit). Bersama-sama dengan insting (instinct),
dan proses mental, maka ketiganya (kebiasaan, insting, dan
proses mental) membentuk perilaku anggota masyarakat,
yang selanjutnya terakumulasi menjadi perilaku masyarakat.
Mulyadi berkehendak agar adat istiadat yang boros atau tidak
hemat biaya, dapat sedikit demi sedikit ditinggalkan oleh
masyarakat, agar masyarakat tidak tereksklusi dari tanahnya.
Peristiwa ini dijelaskan oleh Derek Hall, Philip Hirsch and
Tania Murray Li, ketika mereka menyebutkan enam proses
yang dapat mengeksklusi masyarakat dari tanahnya, melalui
proses-proses yang timbul dari formasi agraria di dalam desa
secara “intimate” (interaksi internal atau antar orang-orang