Page 231 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 231

222    Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan
                    yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
             dari para pihak merupakan titik temu dari kepentingan para pihak.
             Selain itikad baik, kesepakatan  para  pihak merupakan  salah  satu
             kunci sukses dari ADR/APS yang kemudian dituangkan dalam bentuk
             tertulis. Tanpa adanya  konsesualisme atau  kata sepakat dari  kedua
             belah pihak maka akan memiliki konsekuensi perjanjian tersebut dapat
             dibatalkan dan dinyatakan tidak sah. Kesepakatan dalam perjanjian
             haruslah  bebas  dari berbagai  unsur  Paksaan  (dwang),  Kekhilafan
             (dwaling) dan penipuan (bedrog). Bebas dari unsur paksaan (dwang)
             berarti para pihak bebas dari berbagai tekanan atau ancaman dalam
             mencapai kata sepakat. Bebas dari unsur kekhilafan (dwaling) artinya
             Seseorang dalam membuat perjanjian dalam persesuaian kehendak
             haruslah bebas dari gambaran yang keliru mengenai orangnya (error
             in persona) atau barangnya (error in substantia). Sedangkan bebas dari
             unsur penipuan (bedrog) artinya bebas dari berbagai tipu muslihat
             yang menyesatkan para pihak dalam mencapai kata sepakat. Dengan
             bebasnya dari ketiga unsur tersebut, maka para pihak memiliki kata
             sepakat yang murni dan posisi tawar yang sama dengan berlandaskan
             suatu  itikad  baik.  Termasuk di  dalamnya adalah  kesepakatan  para
             pihak  mengenai  metode penyelesaian  sengketa  dari perjanjian
             tersebut apabila terjadi sengketa diantara mereka. Kesepakatan para
             pihak tersebut akan menjadi sebuah perjanjian yang memiliki posisi
             yang sama seperti halnya undang-undang yang mengikat kedua belah
             pihak untuk melaksanakannya sebagaimana asas pacta sunt servanda
             dalam asas perjanjian yang dituangkan dalam bentuk tertulis.
                 Asas Pacta  sunt Servanda merupakan  asas  yang  paling
             mendasar dalam  sebuah  perjanjian.  Pelaksanaan asas  perjanjian
             ini  berlaku  secara universal. Asas  ini  mengikat para pihak  yang
             membuat  kesepakatan tersebut  setelah terjadinya  kesepakatan.
             Asas ini juga dikenal dengan asas personalitas. Asas ini bermakna
             mengikat para pihak seperti halnya undang-undang bagi para pihak
             yang menyepakatinya.  Apabila kesepakatan ini  tidak  disepakati
             maka  akan memiliki  sanksi  tertentu karena masuk  pada kategori
             wanprestasi (Purwanto, 2019). Pelaksanaan  asas-asas  perjanjian
             tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lain. Dalam konteks
             penyelesaian  sengketa perdata  tentang  tanah,  apabila para pihak
   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236