Page 147 - Pemodelan Spasial untuk Prediksi Pengunaan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
P. 147
sendiri maupun bisa dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai
pihak yang memiliki modal besar. Petani yang masuk dalam kelompok
ini memang memiliki pola pikir yang kreatif, mudah beradaptasi
untuk mencari peluang, dan memiliki pendidikan di atas rata-rata
dibandingkan petani lainnya. Petani yang masuk kelompok ini tidak
memiliki permasalahan perekonomian yang dapat dikatakan juragan
sawah. Luas lahan pertanian yang dimiliki petani ini dibawah 50%
kepemilikannya, tetapi besaran luasan masih di atas rata-rata petani
lainnya di Kabupaten Sleman. Kesibukan petani dalam kelompok
ini mencari langkah efisien untuk tetap melanjutkan kegiatan
pertaniannya dengan mempekerjakan orang lain atau yang disebut
petani penggarap.
Petani yang yang telah mengubah luas lahan pertaniannya
dibawah 50% identik dengan petani yang menjual lahan pertaniannya
dalam keadaan terpaksa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
(Warno, Wawancara 6 Maret 2024). Petani pada kelompok ini biasanya
hanya memiliki pendidikan rata-rata yang secara keseluruhan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya berasal dari pendapatan sektor
pertanian. Jangka waktu yang dimulai pada masa tanam dan masa
panen terjadi dua kali dalam setahun di Kabupaten Sleman. Kurun
waktu yang sangat panjang dan tidak harus berada di lahannya secara
terus-menerus membuat petani tersebut mencari sumber pendapatan
lainnya. Kualifikasi pendidikan yang standar atau bahkan dibawah
rata-rata dibandingkan jenjang pendidikan di Kabupaten Sleman,
membuat para petani hanya dapat bekerja sebagai buruh pabrik.
Kondisi tersebut tidak menjadi permasalahan bagi petani karena
total pendapatan dari hasil panen dan gaji buruh dapat mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya. Petani tersebut tidak hanya bekerja
sendiri sebagai kepala keluarga, istri para petani mencari pekerjaan
sampingan seperti penjaga toko, jualan kaki lima di pasar, cuci
laundry, dan lainnya.
Petani yang tidak lagi memiliki lahan pertanian maupun tidak
memiliki lahan pertanian tetap bekerja menjadi petani di lahan
milik orang lain atau yang disebut sebagai petani penggarap (Warno,
116 Pemodelan Spasial untuk Prediksi Penggunaan dan
Pengendalian Alih Fungsi Lahan pertanian