Page 41 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 41

Namun, di era  ini  juga ditandai dengan  kelahiran
                        Landreform  Plus  atau Reforma  Agraria (Aset+Akses),
                        formula  Reforma  Agraria  =  Penataan  Aset+Penataan
                        Akses diilhami dari konsep Hernando de Soto (2001) yang
                        mempromosikan  land titling  (penyertipikatan tanah)
                        agar  bisa  menjadi agunan  untuk akses  modal, dengan
                        demikian  aset masarakat menjadi bergerak  efektif,
                        konsep ini berdasar  asumsi bahwa kemiskinan  terjadi
                        karena aset dan  sistem  yang  bekerja di  lapangan  tidak
                        efektif. Reforma  Agraria (Aset+Akses)  cukup berhasil
                        menarik  perhatian Presiden, masyarakat,  dan Bank
                        Dunia yang  mendukung skema  Land Management and
                        Policy Development Program (LMPDP) pada 2004-2009,
                        yang berlanjut dengan fokus manajemen dan sertipikasi
                        tanah.  Karena obyek  tanah  yang disasar  tidak  banyak,
                        redistribusi sedikit dilakukan, sehingga program ini lebih
                        banyak  legalisasi aset atau  sertipikasi atas  tanah-tanah
                        yang sudah mempunyai alat bukti hak sebelum sertipikat
                        (Rachman  2012), akibatnya  Landreform  Plus tanpa
                        redistribusi justru melayani kepentingan Bank Dunia
                        untuk membentuk pasar tanah di Indonesia (Rachman
                        2017) daripada  menyelesaikan  ketimpangan  lahan yang
                        telah berlangsung lama  dan menjadi  faktor  penyebab
                        kemiskinan  struktural dan  konflik-konflik agraria
                        (Widiyanto 2013, Mulyani 2014 dan Sihaloho et al. 2016).
                        Meskipun di  Indonesia digencarkan  sejak  2007,
                        terdapat kritik  atas konsep  Landreform ala  Hernando
                        de  Soto,  1)  Hak  milik  formal  dan informal  tidak
                        menjadi persoalan maupun sumber konflik tanah dan
                        serta merta meningkatkan  akses masyarakat  terhadap
                        modal  (Goldfinch 2015),  artinya  sepanjang  tanah bisa
                        dimanfaatkan oleh pengguna dan boleh dimanfaatkan
                        oleh pemilik maka status kepemilikan bukan penyebab
                        konflik  dan ketika  seseorang  mempunyai hak milik
                        tanah  tidak berarti ia bisa memanfaatkan  tanah  yang



            26    REFORMA AGRARIAN INKLUSIF:
                  Praktik Penataan Akses Rumah Gender dan Disabilitas
                  di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46