Page 37 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 37
musuh ideologi oleh Negara. Seiring dengan
itu penyingkiran terhadap perempuan semakin
massif, ditandai dengan mekanisasi pertanian yang
secara budaya “hanya dapat” dikerjakan oleh laki-
laki, misalnya ani-ani (alat panen padi khas para
perempuan karena berfungsi pula sebagai tusuk
rambut/konde) digantikan sabit bergerigi yang
membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja, pada
gilirannya sabit bergerigi digantikan oleh paddy
harvester machine (mesin pemanen padi mutakhir)
dan traktor.
4) Petani kehilangan pengetahuannya tentang
pertanian karena dikondisikan tergantung pada
produk pabrikan yang instan, seiring dengan
sirnanya pengetahuan petani tentang perbenihan
dan pemuliaan tanaman, hilang pula plasma
nutfah/sumberdaya genetik yang menjadi sumber
pangan dan bahan baku varietas unggul.
5) Petani terjerat kemiskinan karena pertanian
perdesaan dijadikan pondasi ekonomi perkotaan
(utamanya pengendalian upah agar tetap rendah
dengan cara penyediaan pangan murah), namun
pondasi itu semakin dirapuhkan, ditandai dengan
semakin menurunnya nilai tukar petani seiring
waktu (harga 1 kg beras tidak lagi setara dengan 1
kg urea, gabah murah sedangkan pupuk sintetik
semakin sulit terbeli). Kemudian, petani memilih
hutang agar tetap berproduksi dan akhirnya melepas
lahannya karena bertani adalah pilihan merugi.
Transmigrasi tampak sebagai program pemenuhan
kebutuhan dasar petani akan tanah, dengan
argumentasi land and citizenship rights (tanah dan hak-
hak kewargaan) karena ketersediaan lahan di Jawa tidak
dapat mengimbangi kepadatan penduduknya (Salim
dan Utami 2019). Namun, seiring menguatnya kesadaran
22 REFORMA AGRARIAN INKLUSIF:
Praktik Penataan Akses Rumah Gender dan Disabilitas
di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul