Page 38 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 38

pascakolonial, praktik transmigrasi justru menimbukan
                        konflik karena (Pujiriyani 2023):
                        1)  Transmigrasi   memindahkan     sistem   politik,
                            ekonomi  (agroekosistem, khususnya  pola  sawah
                            atau pertanian menetap lainnya), sosial, dan budaya
                            untuk merepresentasikan negara  yang  sangat
                            dipengaruhi  model kekuasaan Jawa  di  daerah-
                            daerah  terpencil luar Jawa  yang  belum  tersentuh
                            kekuasaan pusat (homogenisasi spasial).
                        2)  Transmigrasi merupakan instrumen birokrasi untuk
                            menyeragamkan berbagai kelompok yang berbeda
                            secara  kultural daripada  menghormati  keragaman
                            dan hak-hak agraria masyarakat luar Jawa.
                        3)  Transmigrasi  merupakan  alat  kontrol  terhadap
                            wilayah  dan  kelompok  sosial  (transmigran  dan
                            lokal/setempat) dengan struktur birokrasi yang top
                            down, militeristik, dan ekspansif (utamanya terkait
                            agenda  penyebaran  industrialisasi  yang  dilayani
                            melalui Reforma Agraria ala Orde Baru)
                        4)  Transmigrasi  merupakan  Jawanisasi, dalam arti
                            perluasan hegemoni Jawa ke  seluruh kepulauan
                            Indonesia  untuk membentuk imajinasi kemajuan
                            ala Jawa—yang  menurut John Pemberton (2003),
                            Jawa diimajinasikan oleh Orde Baru sebagai budaya
                            keraton di Jawa Tengah, lengkap dengan kulturnya
                            yang menuntut kepatuhan mutlak.
                    3.  Reforma Agraria era B.J. Habibie (1998-1999).
                        Pemerintahan B.J Habibie mencoba menghidupkan
                        kembali  Reforma  Agraria melalui berbagai kebijakan,
                        antara lain 1) Mengakomodasi tuntutan Reforma Agraria
                        yang dibekukan selama era Soeharto (Rachman 2012);
                        2) Penerbitan Kepres No 48  Tahun 1999  tentang  Tim
                        Pengkaji Kebijaksanaan  dan Peraturan Perundang-
                        undangan dalam Rangka Pelaksanaan Landreform, yang
                        dimandatkan kepada Menteri  Kehakiman (Muladi)


                                                                 BAB II   23
                      Reforma Agraria Inklusif: Upaya Mempertemukan Reforma Agraria dan GEDSI
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43