Page 14 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 14

Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria     xiii

            dalam  hal  tanah  di  Batam,  karena  jika  BP  Batam  yang  diberi
            wewenang untuk mengelola Batam berikut tanah-tanah di atasnya,
            perlu menertibkan administrasinya lebih dahulu agar kedudukan dan
            statusnya jelas. BP Batam mengklaim sebagai pemilik tunggal HPL,
            namun  bukti  administratif  yang  dimiliki  masih  sangat  terbatas,
            padahal  perintah  Kepres, BP Batam harus  mendaftarkan  tanahnya
            dalam bentuk status hak (HPL). Tanpa kejelasan batas, RTRW, dan
            status  dan  kedudukan  tanah  di  Batam,  baberapa  persoalan  terus
            muncul. Warga Kampung Tua merasa jauh lebih dulu hadir sebelum
            BP  Batam  berada  di  Batam.  Oleh  karena  itu  atas  nama  keadilan
            kepada masyarakat, minimal warga Kampung Tua, BP Batam harus
            segera duduk bersama dengan Pemda dan warga untuk melakukan
            penelitian dan penyelesaian persoalan tanah, khususnya mengako-
            modir tuntutan warga Kampung Tua. Sementara pendaftaran HPL
            menjadi sebuah keputusan mutlak yang harus diselesaikan agar tidak
            terus menerus terjadi klaim di tengah masyarakat.
                 Penelitian  Keempat,  persoalan  percepatan  pendaftaran  tanah
            bukan semata persoalan Sumber Daya Manusia yang terbatas, akan
            tetapi  dalam  studi  ini  membuat  sebuah  evaluasi,  bahwa  terdapat
            beberapa  persoalan  dalam  sistem  pendaftaran  tanah  di  Indonesia
            yang menuntut perbaikan secara mendasar. Baik persoalan spasial,
            legal, dan institusional.
                 Salah  satu  permasalahan  yang  patut  dicermati  secara  legal
            adalah  pendaftaran tanah di Indonesia belum mampu memberikan
            jaminan kepastian hukum yang mutlak kepada pemilik hak. Hal ini
            perlu  dipikirkan  lebih  serius  karena  setelah  lebih  dari  70  tahun
            merdeka,  kita  masih  diliputi  sebuah  keraguan  yang  dalam  terkait
            persoalan hak atas tanah.
                 Persoalan lain, faktor yang mempengaruhi efisiensi dan efekti-
            fitas  sistem  pendaftaran  tanah  yang  berasal  dari  internal  berupa
            SDM. Bukan semata problemnya pada kekurangan SDM, tetapi juga
            persoalan manajemen SDM karena mengelola pelaksanaan pendaf-
            taran tanah bukan persoalan sederhana, namun jika dikelola secara
            profesional akan lebih efisien dan mudah bagi percepatan pendaf-
            taran tanah. Persoalan internal juga terkait kesejahteraan dan pro-
            porsi beban kerja dan tanggung jawab. Ujungnya, penyediaan data
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19