Page 15 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 15

xiv    M. Nazir Salim (Pengantar Penyunting)

            yang  lengkap  dan  terpercaya,  dibutuhkan  dukungan  dari  Stake
            holders  pertanahan  yang  bersinergi  membangun  satu  visi,  bahwa
            pendaftaran  tanah  harus  berorientasi  kepada  dukungan  terhadap
            masyarakat  lemah  sehingga  mereka  mampu  untuk  memperbaiki
            kesejahteraannya.
                 Atas  realitas  di  atas,  peneliti  tim  ini  meyakini,  Percepatan
            Pendaftaran Tanah merupakan sebuah proses yang integral sehingga
            percepatan pendaftaran tanah bukan semata mengganti sarana dan
            prasarana, melainkan lebih pada perubahan paradigma dalam mela-
            kukan pendaftaran tanah. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
            sebagai panglima dalam pendaftaran tanah seyogyanya dapat segera
            mengambil peran dengan berfokus pada penyiapan kebijakan-kebi-
            jakan dan peraturan-peraturan yang mendukung dengan memper-
            hatikan  prinsip-prinsip  fit  for  purpose  (tepat  guna)  dalam  sistem
            pendaftaran  tanah  di  Indonesia.  Beberapa  rumusan  detil  sebagai-
            mana  digambarkan  dalam  penelitian  ini  layak  untuk  dipertim-
            bangkan oleh pengambil kebijakan sebagai modal untuk merumus-
            kan langkah-langkah kongkritnya.
                 Tema  Kelima,  gagasan  tentang  Integrasi  Perencanaan  Tata
            Ruang  semakin  menguat  melihat  fakta  di  lapangan  ego  sektoral
            semakin terlihat. Hal ini menjadi isu strategis dalam merumuskan
            kebijakan perencanaan tata ruang agar setiap penataan ruang harus
            saling menegasikan antar berbagai sektor yang berkepentingan. Apa
            yang sudah dirumuskan dengan menempatkan satu lembaga antara
            pertanahan dan tata ruang perlu didukung dan diperkuat agar disain
            tata ruang tidak berjalan masing-masing.
                 Sejauh ini, penyusunan Perencanaan Tata Ruang Wilayah telah
            mengesampingkan  unsur-unsur  pertanahan,  baik  ditinjau  dari  sisi
            penggunaan, pemanfaatan, penguasaan dan pemilikan tanah. Hal ini
            dapat dilihat dalam penyusunan perencanaan Tata Ruang Wilayah
            yang  tidak  pernah  memperhatikan  pertimbangan-pertimbangan
            tentang bagaimana penggunaan tanah dan pemanfaatan tanah yang
            ada  serta,  pemilikan dan  penguasaan  tanah  baik oleh  masyarakat,
            Badan  Hukum,  Instansi  Pemerintah  tidak  menjadi  pertimbangan
            dalam penyusunan perencanaan tersebut. Padahal dengan menga-
            baikan masalah penggunaan tanah, Pemanfaatan Tanah, Penguasaan
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20