Page 20 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 20

Problematika Pemberian Hak atas Tanah Bekas HGU ...     3

            negara.  Tanah seluas seluas  5.873,06 hektare tersebut sebenarnya
            telah dikeluarkan dari perkebunan berdasarkan SK BPN RI No 42;
            43; 44/ 2002 dan SK BPN No. 10 Tahun 2004, Keputusan Gubernur
            Sumatera  Utara  Nomor  188.44/23G/KPTS/2011  tentang  Kelompok
            Kerja Penanganan Areal yang dikecualikan dari Pemberian Perpan-
            jangan  Hak  Guna  Usaha  PTPN  II  (Eks  HGU  PTPN  II).  Namun
            sampai  sekarang  pihak  perusahaan  masih  belum  terima  dan
            menganggap  bahwa  mereka  masih  memiliki  hak  prioritas  untuk
            mendapatkan perpanjangan masa HGU.
                 Apa yang digambarkan di atas tidak terlepas dari pemahaman
            mengenai ‘hak prioritas’ dan ‘hak keperdataan’ yang masih melekat
            pada pemegang hak lama (existing).  Telaah kritis mengenai dua isu
            ini diperlukan guna memahami peta persoalan serta berbagai tafsir
            yang melingkupinya.
                 Kasus  yang  sama  dihadapi  di  tanah  bekas  HGU  PTPN  III  di
            Pematang  Siantar.  Demikian  pula  kasis  di  tanah  bekas  HGU  PT.
            London Sumatera di Simalungun.
                 Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini berupaya mendes-
            kripsikan  tentang  kebijakan  yang  dilaksanakan  dalam  mengatur
            tanah eks-HGU PTPN II  dan PTPN III sebagai contoh perusahaan
            BUMN; gambaran proses pelepasan tanah bekas HGU PT. London
            Sumatera sebagai contoh dari perusahaan swasta; dan subyek yang
            diprioritaskan dalam menggunakan dan menghaki tanah bekas HGu
            tersebut.

            B.  Hak Prioritas dan Hak Keperdataan
            Kebijakan  mengutamakan  pihak  tertentu  dalam  memberikan  hak
            bekas  Hak  Guna  Usaha  selama  ini  didasarkan  pada  tafsir  dengan
            apa yang disebut sebagai ‘Hak Prioritas’. Dengan istilah ini, peme-
            rintah (cq. Badan Pertanahan Nasonal) memiliki kebijakan berupa
            memprioritaskan  pemegang  hak  yang  ada  (existing)  yakni  perusa-
            haan (badan hukum) untuk memperpanjang dan memperbarui hak
            tersebut.  Perusahaan  sebagai  subyek  hak  yang  telah  berinvestasi
            (dalam  pengertian  modal)  di  atas  tanah  HGU  tersebut  lebih  di-
            prioritaskan  daripada  (calon)  subyek  hak  yang  lain.  Masyarakat
            yang  telah  melakukan  pengolahan  (verwerking)  tanah  terlantar
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25