Page 23 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 23

6    AN Luthfi, Dwi Wulan TA, Dian Aries M.

            keperdataan yang masih melekat di atas tanah yang telah dikelola,
            dimanfaatkan, dan didayagunakan sejak lama tersebut.  Istilah hak
            prioritas sendiri sebenarnya tidak ditemukan di dalam regulasi ini.
                 Sebenarnya  terdapat  perbedaan  mendasar  dari  kedua  regulasi
            tersebut. Permendagri No. 3 Tahun 1979 menyertakan syarat yang
            ketat terhadap pembaharuan hak, memberi batas-batas, dan mem-
            buka peluang  pemberian hak kepada pihak lain (masyarakat) yang
            menguasai atau dialihkannya tanah untuk kepentingan umum (lihat
            Pasal 7). Sementara, PP Nomor 40 Tahun 1996 secara eksplisit mem-
            buka  peluang  perpanjangan  dan  pembaharuan  dari  jangka  waktu
            yang  sebelumnya  telah  ada  (Pasal  8),  sehingga,  dengan  perpan-
            jangan  dan  pembaharuan  itu,  secara  total  perusahaan  berpeluang
            memiliki HGU hampir seusia erpacht seperti pada masa kolonial.
                 Perbedaan  lain  adalah  tafsir  mengenai  kepada  siapa  prioritas
            itu diberikan. Permendagri No. 3 Tahun 1979 (tertanggal 22 Agustus
            1979) yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden No. 32
            Tahun 1979 (tertanggal 8 Agustus 1979) khususnya dalam soal HGU,
            sebenarnya  adalah  upaya  untuk  menyelesaikan  pendudukan  oleh
            rakyat atas tanah-tanah perkebunan yang terjadi sejak masa Jepang
            dan belum terselesaikan pada akhir pemerintahan Presiden Soekar-
            no. Sekali lagi, kedua regulasi ini memberi batas yang ketat. Pasal 4
            Keppres  No.  32  Tahun  1979  tentang  Pokok-Pokok  Kebijaksanaan
            dalam Rangka Pemberian Hak Baru atas Tanah Asal Konversi Hak-
            Hak Barat, menyatakan bahwa “Tanah-tanah Hak Guna Usaha asal
            konversi  hak  Barat  yang  sudah  diduduki  oleh  rakyat  dan  ditinjau
            dari sudut tata guna tanah dan keselamatan lingkungan hidup lebih
            tepat  diperuntukkan  untuk  pemukiman  atau  kegiatan  usaha
            pertanian,  akan  diberikan  hak  baru  kepada  rakyat  yang  mendu-
            dukinya”. Ini dipertegas kembali dalam Pasal 5 mengenai Hak Guna
            Bangunan dan Hak Pakai, “Tanah-tanah perkampungan bekas Hak
            Guna Bangunan dan Hak Pakai asal Konversi hak Barat yang telah
            menjadi  perkampungan  atau  diduduki  rakyat,  akan  diprioritaskan
            kepada  rakyat  yang  mendudukinya  setelah  dipenuhinya  persyara-
            tan-persyaratan  yang  menyangkut  kepentingan  bekas  pemegang
            hak  tanah”.  Ketentuan  tersebut  di  atas  diperkuat  dengan  Pasal  10
            ayat (1) Permendagri Nomor 3 Tahun 1979 yang maksudnya sama,
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28