Page 75 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 75

58    IGN Guntur, Arief Syaifullah, Anna Mariana

            1.  Bagaimanakah  kebijakan  Pemda  Kalteng  dalam  mengatur  tata
               ruang terkait adanya klaim otoritas kehutanan selama ini?
            2.  Bagaimanakah realisasi kebijakan pengakuan penguasaan tanah
               pada kawasan hutan masyarakat adat (Dayak) berdasar Perber 4
               Menteri dan Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 9 Tahun
               2015?
                 Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menguraikan  dinamika  revisi
            proporsi kawasan hutan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kaliman-
            tan Tengah yang secara bertahap mengurangi proporsi luas kawasan
            hutan melalui penataan ruang, serta untuk mengetahui tindaklanjut
            pelaksanaan  kebijakan  penyelesaian  penguasaan  tanah  masyarakat
            adat Dayak oleh otoritas pertanahan. Dengan adanya penelitian ini,
            diharapkan  bermanfaat  untuk  memberikan  pengayaan  studi  di
            bidang pengakuan hukum terhadap tanah adat pada kawasan hutan,
            serta  untuk  rekomendasi  bentuk  terbaik  pengakuan  dan  perlin-
            dungan hukum penguasaan atas tanah masyarakat adat di kawasan
            hutan serta proses pendaftaran haknya oleh otoritas pertanahan.

            B. Carut Marut Pengaturan (Tata) Ruang di Kalimantan
               Tengah
            Masyarakat  Dayak  di  Kalimantan  Tengah  mengalami  proses
            penghilangan  hak  (kuasa)  atas  wilayahnya,  sejak  klaim  negara
            melalui TGHK 1982. Klaim negara dalam TGHK meyebutkan bahwa
            luas kawasan hutan di Kalimantan Tengah mencapai lebih dari 90%.
            Terhadap  kondisi  tersebut,  secara  sporadis  masyarakat  adat  mulai
            menggugat.  Tahun  2012,  merupakan  tahun  yang  bersejarah  bagi
            Masyarakat Hukum Adat karena adanya putusan Mahkamah Konsti-
            tusi (MK) No. 35 mengenai hutan adat adalah bukan hutan negara.
            Hutan adat merupakan hutan masyarakat hukum adat. Putusan MK
            35 ini menjadi terobosan penting karena negara kemudian “meralat”
            kekeliruan  selama  ini  yaitu  klaim  sepihak  dengan  melakukan
            pengukuhan  wilayah  masyarakat  adat  menjadi  kawasan  hutan
            negara.
                 Ada banyak upaya proses pemulihan hak masyarakat adat pasca
            Putusan  MK  35  ini,  meski  sangat  lamban.  Tahun  2014,  diseleng-
            garakan inkuiri nasional Komnas HAM tentang hak masyarakat adat
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80