Page 80 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 80

Pengakuan Hukum terhadap Penguasaan Tanah ...     63

            yang  tidak  dapat  dibuktikan  eigendom  (pemilik),  maka  tanah
            tersebut  adalah  milik  negara.  Melalui  domein  verklaring  ini,
            keberadaan masyarakat yang tinggal di hutan adat dianggap tidak
            ada. Negara melakukan klaim atas wilayah hutan adat sebagai milik
            negara  (Rachman  dan  Siscawati,  2014).  Mereka  yang  sudah  hidup
            menetap,  menguasai  dan memanfaatkan  hutan  adat,  lalu tiba-tiba
            saja tanah mereka “diklaim” sebagai hutan negara, dan narasi yang
            kemudian  dimunculkan  oleh  negara  terhadap  masyarakat  hukum
            adat  adalah  bahwa  mereka  dianggap  sebagai  “perambah”  hutan.
            Beberapa klaim mengenai domein verklaring antara lain menetapkan
            kawasan  hutan  masyarakat  adat  sebagai  hutan  lindung,  hutan
            konservasi, hingga taman nasional yang pada akhirnya mengekslusi
            para  pemilik  tanah-airnya  itu  secara  sistemik.  Kondisi  ini
            berlangsung  puluhan  tahun,  dan  bahkan  pasca  kolonial  nasib
            masyarakat  tidak  berubah.  Penyataan  ini  kemudian  menyebabkan
            tanah-tanah  ulayat  masyarakat  adat  hilang,  serta  melanggar  hak
            masyarakat adat selama setengah abad (Vollenhoven, 2013: 96), dan
            jika dihitung hingga hari ini, pelanggaran itu telah mencapai satu
            abad lebih. Masyarakat adat yang hidup di hutan mengalami beragam
            kekerasan dari masa ke masa. Pelanggaran yang sudah mereka alami,
            dalam  kerangka  HAM,  pada  masa  lalu  tentunya  tidak  dapat
            terungkap  bila  cerita-cerita  yang  mereka  alami  itu  tidak  muncul
            dalam  ruang-ruang  perebutan  wacana  penguasaan  paska  kolonial
            (masa  kini).  Posisi  dilematis  perundang-undangan  pasca  kolonial
            turut  mempengaruhi  bagaimana  ruang  hidup  masyarakat  adat,
            sehingga hak-hak masyarakat hukum adat tidak memiliki perubahan
            yang berarti meskipun Indonesia telah merdeka.
                 Secara  umum  terdapat  2  fungsi  ruang  yaitu  sebagai  kawasan
            lindung  dan  kawasan  budidaya.  Bentuk  pengaturan  pemanfaatan
                  18
            ruang  dengan fungsi perlindungan (kawasan lindung) seperti upaya

               18  Menurut Ayat 2 dan 3 Pasal 1 UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
            Tata  Ruang  adalah  wujud  struktural  dan  pola  pemanfaatan  ruang,  baik
            direncanakan  maupun  tidak.  Sedangkan  rencana  tata  ruang  adalah  hasil
            perencanaan  tata  ruang.  Pasal  20  menyatakan  bahwa  penataan  ruang  berda-
            sarkan fungsi utama kawasan meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya.
            Berdasarkan aspek administratif, penataan ruang meliputi ruang wilayah Nasio-
            nal,  wilayah  Propinsi  Daerah  Tingkat  I,  dan  wilayah  Kabupaten/Kotamadya
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85