Page 78 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 78

Pengakuan Hukum terhadap Penguasaan Tanah ...     61

                                      14
                 Menurut  Guntur,  dkk. ,  bentuk  hukum  hak-hak  penguasaan
            tanah oleh masyarakat adat yang masih ada dan berkembang dalam
            masyarakat yang secara formal dikenal dengan ”hak ulayat”,  namun
            dalam  beberapa  hasil  penelitian  digunakan  istilah  yang  berbeda-
                           15
            beda.  Widjono   mengklasifikasikan  hutan  berdasarkan  fugsinya
            yaitu:  Talutn  Luatn,  Simpukng  Brahatn,  Simpukng  Ramuuq,
            Simpukng  Umpaq  Tautn,  Simpukng  Dukuh,  dan  Simpukng Munan.
            Tias Vidawati  menemukan  jenis-jenis  tanah  adat  pada  masyarakat
            suku  Dayak  Tobak  yang  merupakan  milik  perseorangan,  keluarga
            dan  persekutuan  yaitu:  Tanah  Wakaf,  Tanah  Tembawang,  Rimba,
            Meh/huma/ladang  munggu,  dan  Jamin.  Agustin  Teras  Narang
            menyatakan jenis-jenis hak adat suku Dayak di atas tanah meliputi:
            Tajahan Antang, Petak Kaleka, Petak Keramat, Petak  Rutas,  Sepan
            Pahewan dan Pukung Himba. Disamping itu, terdapat istilah (lokal)
            lainnya  dalam  pemanfaatan  tanah  masyarakat  seperti:  Eka  Malan
            manan  Satiar,  Kaleka,  Pahewan/Tajahan,  Sepan,  serta  situs-situs
            budaya seperti Sandung, Pantar, dan Sapundu. Hanya saja batas-batas
            wilayah adat dapat berupa tanaman yang tumbuh di atasnya, tanda-
            tanda alam seperti anak sungai dan bukit, pernyataan para saksi atau
            surat-surat  pendukung,  maupun  surat  penetapan  oleh  Damang
            Kepala Adat.
                 Makna  pengakuan  terhadap  masyarakat  adat  Dayak  ini  harus
            diasumsikan pengakuan (hukum) terhadap masyarakat adat sebagai
            suatu  kesatuan  hukum  yang  telah  memiliki  tanah  (dan  hutan)
            sebagai  suatu  bentuk  hubungan  hukum  sehingga  masyarakat
            memperoleh  hak  untuk  menguasai  dan  memanfaatkan  tanah,
            memungut  hasil  dari  tumbuh-tumbuhan  dan  berburu  binatang-
            binatang  hidup  di  atas  tanah  lingkungan  persekutuan.  Di  dalam
            hukum  adat,  obyek  hak  (ulayat)  tidak  sekadar  tanah  sebagai
            permukaan bumi sebagai tempat tanam tumbuh dan binatang, tetapi
            juga  meliputi  udara,  air,  dan  bahan  galian.  Hutan  menurut





               14  Guntur, dkk, Op.Cit., hal. 206-212.
               15  Widjono dalam Maunati, Yekti. 2004.  Identitas Dayak Komudifikasi dan
            Politik Kebudayaan: LkiS Yogyakarta, hal. 80 – 81.
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83