Page 88 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 88

Pengakuan Hukum terhadap Penguasaan Tanah ...     71

            perahu kecil dan berjalan sejauh 2 km, dengan lama perjalanan 2-3
            jam.  Tahun  1988,  saat  Henry  Singarasa  melakukan  penelitian,
            diketahui  bahwa  penduduk  yang  pertama  kali  tinggal  di  desa  ini
            dimulai tahun 1969 dan menetap, dipimpin Ayub Tiung (Singarasa
            1988;  25),  diikuti  oleh  tiga  keluarga,  serta  tahun  1972  bertambah
            menjadi 7 keluarga, dengan penduduk berjumlah 22 orang. Tahun
            1972 ini pula, pada wilayah ini ditetapkan sebagai tempat resettlemen
            penduduk sejumlah 100 keluarga. Dengan demikian, Kereng Beng-
            kirai merupakan sebuah desa yang terbentuk dari adanya program
                                                                         26
            pemukiman  kembali  yang  digagas  pemerintah  (resettlement).
            Maka,  yang  ditambahkan  untuk  mencapai  target  tersebut  hanya
            tinggal  97  keluarga.  Program  “pemindahan”  penduduk  ini  cukup
            signifikan mengubah kebiasaan lama masyarakat Ngaju yang asalnya
            melakukan perladangan berpindah, istilah waktu itu, untuk menjadi
            peladang  menetap.  Pola  bertani  dan  menjalankan  beragam  “pem-
            bangunan” desa. Hampir bersamaan dengan penetapan resettlemen,
            pada wilayah ini dikeluarkan hak pengelolaan hutan (HPH) kepada
                                   27
            perusahaan-perusahaan.   Penetapan  wilayah  HPH,  berdampingan
            dengan upaya pemukiman kembali penduduk pada dasarnya meru-
            pakan upaya untuk “mengatur” masyarakat Dayak Ngaju agar lebih
            mudah  diatur  serta  disatukan  dalam  satu  enclave  tersendiri  yang
            berimplikasi pada penguasan tanah masyarakat Dayak Ngaju menjadi
            terbatas.
                 Menariknya kemudian, saat Program IP4T Tahun 2015 dilakukan
            oleh otoritas pertanahan, mendapat antusias dari warga, namun yang
            mengajukan permohonan bukan dari masyarakat Dayak Ngaju yang
            pada  tahun  70-an  mendiami  wilayah  ini  paling  awal.  Justru  para
            pemilik  baru  yang  banyak  yang  mengajukan  proses  IP4T.  Hal  ini
            tentu menjadi catatan penting bahwa proses perubahan kepemilikan
            tanah di wilayah ini dipengaruhi oleh masuknya beragam kebijakan
            dari “atas”. Beberapa kebijakan yang menjadi dasar dari perubahan-
            perubahan yang tersebut dapat disimak pada Tabel 2 berikut ini:

               26   Henry  Singarasa,  “Pemukiman  kembali  penduduk  di  Desa  Kereng
            Bangkirai  Propinsi  Kalimantan  Tengah”  Tesis  pascasarjana  Institut  Pertanian
            Bogor tidak diterbitkan, Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, 1988.  Lihat:
               http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/22716/1988hsi.pdf?s
            equence=2&isAllowed=y, diakses tanggal 20 November 2016.
               27  Wawancara dengan Edy, 17 September 2016.
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93