Page 92 - Jalan Penyelesaian Persoalan Agraria: Tanah Bekas Hak, Pengakuan Hukum Adat, Penataan Tanah Batam, Percepatan Pendaftaran Tanah, dan Integrasi Tata Ruang
P. 92
Pengakuan Hukum terhadap Penguasaan Tanah ... 75
secara bersama oleh komunitas adat (disebut Binua) serta penguasa-
an tanah secara individu termasuk keluarga (disebut perwa-
tasan/ayungku). Penguasaan tanah secara de facto dengan bukti
31
tanam tumbuh , diawali dengan pencarian lokasi melalui suatu ritual
adat, pembukaan hutan primer dan pemanfaatan secara tradisional
sehingga muncul hak milik adat atas tanah, diakui dan dilindungi
32
secara adat . Pencarian calon lokasi garapan melalui ritual adat,
memunculkan penguasaan tanah secara adat, merupakan titik awal
mulai adanya kewajiban hubungan antara tanah dengan orang
(penggarap), baru pada tahap berikutnya muncul hak. Keberadaan
tanah dan hutan merupakan bagian penting dari identitas
masyarakat Dayak, tercermin pada pola pemanfaatan tanah selain
sebagai sumberdaya ekonomi (memenuhi kebutuhan hidup) juga
merupakan basis kegiatan budaya, sosial, politik dan spiritual,
dimanfaatkan secara langsung (alami) dan atau melalui pengolahan
tanah . Pola pemanfaatan dan penguasaan tanah tersebut diakui
33
dalam konteks lokal, tetapi tidak secara hukum formal. Menurut
Lurah Sabaru: “Warga sulit untuk mendapat jaminan hukum atas
penguasaan tanah, meskipun secara lokal terdapat pengakuan
pemanfaatan ini. Lemahnya jaminan hukum karena tanpa status
tanah formal penguasaan tanah ini berarti pula mempunyai posisi
yang lemah manakala tanah diperlukan untuk proyek (pem-
bangunan, penulis). Warga disini (di Sabaru, penulis) jarang yang
mempunyai sertipikat. Permohonan sertipikat harus membayar biaya
mahal dan waktu lama, sehingga praktis warga merasa enggan untuk
mengurus sertipikat. Waktu lama karena harus mengurus APL dulu”.
31 Menurut Dina Megawati (Lurah Sabaru) dan Mathius (Sekretaris Lurah
Sabaru) diketahui bahwa sejak adanya (dibukanya) trans jalan Kalimantan
Tengah yang melewati wilayah Kecamatan Sabangau sekitar Tahun 1980 sampai
dengan saat ini, selama masyarakat menggarap tanah, tidak pernah
dipermasalahkan. Sebagai ciri menggarap tanah (adat) yaitu terdapat sandung,
kebun durian, karet, kelapa, dan sebagainya sebagai bukti tanam tumbuh, serta
beberapa penggarapan dimaksud didukung dengan surat garap yang diketahui
oleh Kepala Desa Kereng Bingkirae. Wawancara tanggal 16 September 2016 di
Kantor Kelurahan Sabaru.
32 Wawancara dengan Ibu Dina Megawati, Lurah Sabaru, tanggal 16
September 2016.
33 Guntur, dkk, Op.Cit. hal. 219-220.